- TPT Jawa Tengah turun jadi 4,66%, menandakan perbaikan ekonomi meski tantangan masih ada.
- Pengangguran tertinggi terjadi di Brebes (8,07%), terendah di Wonogiri (2,16%), gap masih besar.
- Lulusan SMK jadi pengangguran tertinggi (9,20%), menandakan ketidaksesuaian dengan industri.
Angka ini sangat mengkhawatirkan mengingat SMK dirancang untuk menghasilkan lulusan yang siap kerja dengan keterampilan spesifik.
Tingginya angka pengangguran lulusan SMK bisa menjadi indikator adanya ketidaksesuaian antara kurikulum pendidikan dengan kebutuhan industri, atau kurangnya penyerapan lulusan SMK oleh dunia usaha dan industri. Dibandingkan Agustus 2024, TPT tamatan SMK memang turun 0,32 persen poin, namun tetap menjadi yang tertinggi.
Secara geografis, dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah, Kabupaten Brebes mencatat angka pengangguran tertinggi, yakni 8,07 persen.
Angka ini jauh di atas rata-rata provinsi dan perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah setempat. Dibandingkan Agustus 2024, TPT Brebes turun dari 8,35 persen.
Baca Juga:Gubernur Luthfi dan Khofifah Satukan Kekuatan: Era Baru Ekonomi Jawa Tengah & Jawa Timur
Di sisi lain, Kabupaten Wonogiri menunjukkan performa yang sangat baik dengan angka pengangguran terendah, hanya 2,16 persen. Keberhasilan Wonogiri dalam menekan angka pengangguran bisa menjadi contoh bagi daerah lain untuk mengembangkan strategi yang efektif.
Penurunan tingkat pengangguran di Jawa Tengah adalah kabar baik, tetapi data detail BPS ini juga memberikan gambaran yang lebih kompleks.
Fokus perlu diberikan pada penanganan pengangguran di perkotaan, peningkatan relevansi pendidikan SMK dengan kebutuhan industri, serta upaya khusus untuk mengatasi masalah pengangguran di daerah-daerah dengan angka tertinggi seperti Brebes. Tanpa intervensi yang tepat, potensi sumber daya manusia Jawa Tengah tidak akan termanfaatkan secara optimal.