SuaraJawaTengah.id - Grha Wisata Niaga Sriwedari di Kota Solo disiapkan pemerintah kota (pemkot) setempat untuk menjadi tempat karantina bagi pemudik yang nekat pulang kampung di tengah Wabah Virus Corona.
Pemudik nantinya bakal dikarantina 14 hari untuk memastikan tidak ada penularan Covid-19 tersebut.
Diakui Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo, dirinya tak bisa melarang pemudik dari zona merah untuk pulang kampung. Namun sebelum masuk ke daerah pemukiman di Kota Solo, mereka harus menjalani karantina di Grha Wisata Niaga Sriwedari selama 14 hari untuk memutus rantai penyebaran virus.
“Kalau ada pemudik yang enggak mau, ya, kami melibatkan TNI/Polri. Bukan mau memaksa atau menakuti tapi harus untuk memutus rantai persebaran. Secara fisik, mereka datang kondisi sehat, tapi siapa tahu kalau ternyata di badannya sudah ada virusnya. Karena virus ini kan enggak terlihat,” ucapnya seperti dilansir Solopos.com-jaringan Suara.com pada Kamis (2/4/2020).
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Solo yang juga menjabat Sekretaris Daerah Kota Solo Ahyani memastikan Grha Wisata Niaga di Sriwedari sudah bisa digunakan pada pekan depan untuk pemudik atau pendatang yang dikarantina.
Pada lokasi karantina tersebut, pemkot menyiapkan tempat tinggal selama 14 hari dan mengakomodasi tempat tidur, makan, minum serta pendampingan gugus tugas.
“Dinas Kesehatan Kota (DKK) akan selalu memonitor kesehatan mereka, kemudian dari Dinas Sosial dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang menyiapkan akomodasi dan logistik. Pengamanan dari Satpol PP, TNI/Polri,” kata Ahyani dalam jumpa pers di Balai Kota Solo, Rabu (1/4/2020).
Selain pemudik akan dikarantina di Sriwedari, tim juga akan memantau berbagai tempat di Solo. Pemantauan dilakukan terhadap pengunjung, wisatawan, atau pelaku kunjungan bisnis di terminal, stasiun, dan bandara.
Petugas di lokasi-lokasi itu sudah memiliki prosedur ketetapan (protap) yang memonitor ke mana mereka akan tinggal sesampainya di Solo. Pemantauan bisa berlanjut di wilayah yang mereka tinggali. Jika terdapat gangguan kesehatan, maka bisa segera ditangani.
Baca Juga: Wafat Sepulang dari Prancis, Warga Solo Dimakamkan seperti Pasien Corona
“Selain gerbang transportasi itu, mereka yang datang mandiri (kendaraan pribadi) misalnya ke hotel atau tempat penginapan akan kami monitor kesehatannya. Kami enggak bisa melarang orang mau berkunjung keluarganya, tapi kami bisa mengatur agar yang datang itu diberi pengertian jangan sampai menulari keluarganya atau orang lain,” katanya.
Berita Terkait
-
Semua Sembuh, Tak Ada Lagi Pasien Corona di RSUD Moewardi Solo
-
Wali Kota: Warga dari Zona Merah Covid-19 Jangan Pulang Kampung ke Solo
-
Wafat Sepulang dari Prancis, Warga Solo Dimakamkan seperti Pasien Corona
-
Pasien Asal Solo Positif Corona karena Kontak Pasien di RSUD Margono
-
Pasien Positif Corona di Purwokerto Pernah ke Solo dan Semarang
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
Terkini
-
Lewat RUPSLB, BRI Optimistis Perkuat Tata Kelola dan Dorong Kinerja 2026
-
Kinerja Berkelanjutan, BRI Kembali Salurkan Dividen Interim Kepada Pemegang Saham 2025
-
Ini Tanggal Resmi Penetapan UMP dan UMK Jawa Tengah 2026: Siap-siap Gajian Naik?
-
Melalui BRI Peduli, BRI Hadir Dukung Pemulihan Korban Bencana di Sumatra
-
Mitigasi Risiko Bencana di Kawasan Borobudur, BOB Larang Pengeboran Air Tanah dan Penebangan Masif