SuaraJawaTengah.id - Seorang anggota DPRD Solo menyebut Pemerintah Kota Solo kurang dalam memberikan jumlah bantuan ke warga Joyotakan yang lagi diisolasi. Warga Joyotakan diisolasi karena di sana menjadi pusat penularan virus corona.
Kalangan legislator menilai pelaksanaan karantina itu belum sesuai harapan.
Kritikan tersebut disampaikan anggota DPRD Solo dari Fraksi PKS, Abdul Ghofar Ismail, yang ikut dalam kunjungan ke wilayah yang dikarantina di Joyotakan, pekan lalu. Menurut Abdul Ghofar, dukungan Pemkot Solo terhadap warga yang menjalani karantina masih kurang.
"Hanya diberikan sembako seperti beras 10 kilogram dan bahan mentah lainnya. Bantuan itu hanya sekali selama proses karantina berlangsung,” kata dia kepada Solopos.com (jaringan Suara.com), Senin (1/6/2020).
Selain itu, pemberian paket sembako kepada warga di lokasi karantina wilayah Joyotakan, Solo, juga disamaratakan antarkeluarga, tidak mempertimbangkan jumlah jiwa per keluarga.
Pendapat senada disampaikan anggota Fraksi PKS lainnya yang juga ikut dalam kunjungan tersebut, Asih Sunjoto Putro, bersama Wakil Ketua DPRD Solo, Sugeng Riyanto. Asih menilai ada perlakuan berbeda kepada warga karantina.
Dia membandingkan warga karantina di Joyotakan dengan di Mojosongo sebelumnya.
“Mestinya warga karantina diberi makan bergizi tiga kali sehari seperti di Mojosongo. Di Joyotakan dukungannya hanya sembako sekali beri,” kata dia.
Sementara itu, dari kunjungan ke lokasi karantina wilayah Joyotakan, Solo, Sugeng Riyanto, menyoroti Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Solo dalam menyampaikan informasi kepada publik.
Baca Juga: Empat Warga Solo Dinyatakan Positif Covid-19, Tiga Dari Klaster Joyotakan
Sugeng meminta gugus tugas lebih berhati-hati dalam memberikan keterangan publik tentang kasus dan persebaran virus corona. Hal itu agar tak menimbulkan stigma negatif, salah satunya terhadap tempat ibadah.
Kegaduhan
Permintaan itu disampaikan Sugeng Riyanto menyikapi kegaduhan yang terkait pemberitaan soal salah satu tempat ibadah dekat lokasi karantina wilayah Joyotakan, Solo, adalah sumber persebaran Covid-19.
Padahal pasien berinisial S yang merupakan jemaah masjid itu sudah sakit sepekan sebelum Ramadan. Yang bersangkutan sejak saat itu tak pernah ke masjid. Dengan demikian, tidak benar pasien Covid-19 karena salat tarawih di masjid.
“Saat kunjungan itu kami meminta klarifikasi takmir masjid, apakah benar informasi yang beredar selama ini. Menurut takmir masjid pasien S sudah sakit sepekan sebelum Ramadan dan sejak saat itu tidak lagi ke masjid,” ujar dia, Senin.
Sugeng menjelaskan dari hasil kunjungan itu juga diketahui masjid dimaksud sudah menerapkan protokol kesehatan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 6 Shio Ini Diramal Paling Beruntung dan Makmur Pada 11 Desember 2025, Cek Kamu Salah Satunya?
- Kode Redeem FC Mobile 10 Desember 2025: Siap Klaim Nedved dan Gems Melimpah untuk Player F2P
Pilihan
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
Terkini
-
Libur Nataru Dijamin Irit! Pertamina Tebar Cashback BBM 20 Persen, Diskon Gas hingga Hotel
-
Genjot Ekonomi Baru, Ahmad Luthfi Minta Kabupaten dan Kota Perbanyak Forum Investasi
-
Memperkuat Inklusi Keuangan: AgenBRILink Hadirkan Kemudahan Akses Perbankan di Daerah Terluar
-
15 Tempat Wisata di Pemalang Terbaru Hits untuk Liburan Akhir Tahun
-
10 Wisata Semarang Ramah Anak Cocok untuk Libur Akhir Tahun 2025, Pertama Ada Saloka Theme Park