SuaraJawaTengah.id - Soe Hok Gie dalam bukunya "Di Bawah Lentera Merah" menyebut bahwa golongan kere atau sarekat kere di Semarang sangat ditakuti oleh orang-orang Eropa.
Kere sendiri bisa diartikan orang yang sangat miskin atau gembel yang tidak memiliki harta benda.
“Golongan kaum gembel ini siap untuk mendengarkan the cry of agitator. Kaum yang tidak mempunyai apa-apa ini dengan sendirinya memiliki keberanian lebih besar untuk bertindak dan sangat mudah dibakar semangatnya,” tulis Soe Hok Gie dalam bukunya.
Sejarawan Universitas Diponegoro Semarang Dewi Yuliati mengatakan, Sarekat Kere dibentuk di Semarang pada 1 Februari 1919 di tengah suasana pergerakan nasional sedang menggelora.
Sarekat Kere dibentuk untuk menyatukan kaum kere agar dapat saling membantu melalui pembentukan perserikatan. Tak main-main, Sarekat Kere juga memberikan bantuan hukum bagi orang kere yang terlibat kasus hukum.
"Saat itu, Serikat Kere ditakuti kolonial yang berada di Indonesia karena Sarekat Kere melawan tindakan-tindakan yang tidak adil dari golongan the have (Eropa) yang ketika itu menguasai ekonomi Indonesia," jelas Dewi kepada Suara.com, Kamis (15/10/2020).
Menurutnya, saat itu Sarekat Kere berjuang untuk kemajuan kehidupan kaum miskin khususnya yang tidak mempunyai harta. Sarekat Kere beranggotakan orang-orang dari Bumiputera (Indonesia) dan Cina dengan satu syarat tak mempunyai harta.
"Orang kaya hanya boleh sebagai donatur. Mereka tidak punya suara dan pengaruh di Serikat Kere," ucapnya.
Serikat Kere mempunyai kegiatan seperti rapat, public meeting dan mengajukan tuntutan secara terorganisasi untuk perbaikan hidup orang miskin. Menurut Dewi, tak jarang Sarikat Kere juga langsung berlawanan dengan penguasa saat itu.
Baca Juga: 50 Advokat Turun Dampingi Mahasiswa yang Ditahan di Polrestabes Semarang
"Ketika itu dominasi kapitalisme asing yang eksploitatif memanfaatkan orang-orang miskin terkhusus bumiputera demi mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya, Sarekat Kere ada untuk orang-orang miskin, " imbuhnya.
Berdasarkan data yang ia dapat, Sarekat Kere mempunyai ketua bernama Kromoleo seorang dalang wayang golek dan wakil ketua bernama Partoatmodjo yang bekerja sebagai redaktur Harian Sinar Hindia.
"Saya menduga, dulunya Kantor Sarekat Kere berada di Gedung Sarekat Islam Semarang. Sementara pembentukan Sarekat Kere di rumah Partoatmodjo yang juga anggota Sarekat Islam," imbuhnya.
Hingga akhirnya pada tahun 1925, terjadi pemogokan Buruh du Pelabuhan Semarang, pemerintah kolonial memberlakukan pasal 161 yang berisi bahwa pemerintah dapat menindak dan memenjarakan siapa saja yang dianggap merusak stabilitas pemerintahan kolonial.
Semenjak itu, banyak anggota Sarekat Kere yang ditangkap bahkan diasingkan karena dianggap berbahaya bagi kolonial. Apalagi, lanjut Dewi, kegiatan-kegiatan Serikat Kere sering berlawanan dengan kebijakan kolonial.
"Semenjak itu, banyak pemimpin serikat yang ditangkap, dipenjara, dan diasingkan. Dengan demikian, periode itu merupakan masa redul gelora perserikatan pada era kolonial. Tak terkecuali Sarekat Kere di Semarang," imbuhnya.
Berita Terkait
-
RUU Cipta Kerja Dinilai akan Membuat Pengangguran dan Kemiskinan Teratasi
-
KPU Kota Semarang Jamin Pasien Corona yang Diisolasi Bisa Gunakan Hak Pilih
-
Sultan! Burung Merpati Hilang, Orang Ini Buat Sayembara Berhadiah Rp10 Juta
-
Tragis! Ngatirah Sudah Bayar Lunas Tanahnya, Tapi Tetap Digusur
-
Liga Ditunda, Pandemi Covid-19 Makin Parah, PSIS Rugi Miliaran Rupiah
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
Terkini
-
SIG Dukung Batam Jadi Percontohan Pengembangan Fondasi Mobilitas & Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
-
Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Kirim 29 AMT untuk Pemulihan Suplai di Sumatera
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jumat Berkah: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
Skandal PSSI Jateng Memanas: Johar Lin Eng Diduga Jadi 'Sutradara' Safari Politik Khairul Anwar
-
8 Tempat Camping di Magelang untuk Wisata Akhir Pekan Syahdu Anti Bising Kota