SuaraJawaTengah.id - Siapa bilang anak muda atau Gen Z mageran? Demi menuntut kesejahteraan, mereka rela turun ke jalan bersama organisasi buruh untuk menyuarakan kenaikkan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK).
Sore itu di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Uchi Choirunnisa mengeluhkan kenaikkan UMK Jateng dibawah 15 persen. Upah yang dia terima sebagai pegawai pabrik di Kota Semarang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Apalagi semenjak bahan pokok hingga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada naik. Perempuan asal Salatiga ini harus memutar otak dalam mengelola keuangan.
"Banyak Gen Z kelahiran 2003, 2004 yang ikutan aksi. Intinya sama menuntut kenaikkan UMK minimal 15 persen," kata Uci pada Suara.com, Kamis (30/11/2023) kemarin sore.
Uchi menyebut UMK di tempatnya bekerja sebesar Rp3.060.348. Tapi upah segitu sering kali habis untuk kebutuhan sehari-hari. Dirinya juga mengaku kesulitan menyisihkan uang untuk menabung.
"Masih sulit banget untuk menabung. Kita sebagai buruh pengen hidup layak. Biaya kosan mahal, belum lagi kebutuhan seperti beli makan, sabun dan lain-lainnya. Mepet banget," keluhnya.
Alih-alih mendapatkan kehidupan yang lebih baik ketika merantau ke Kota Semarang. Ternyata apa yang diharapkan Uchi tidak sesuai. Sehingga untuk mengirit pengeluaran, dia biasanya menekan biaya makan dan cari tempat tinggal yang terjangkau.
Beda dengan Uchi yang dibayar sesuai dengan UMK Kota Semarang. Khoirun Nissa seorang pekerja swasta mengaku diupah dibawah UMK yakni sebesar Rp2.500.000.
Tak hanya untuk kebutuhan sehari-hari, Nisa juga punya beban membayar cicilan motor hingga membantu membiayai adiknya yang sedang kuliah di IAIN Kudus.
Baca Juga: Wow! Tabung LPG 3kg Bisa Ditukar dengan LPG Bright Gas 5,5 Kg di Kebumen International Expo 2023
"Sejauh ini memang aku belum bisa nabung. Cuman aku larinya ikut arisan di tempat kerja sama keluarga. Dan itu cukup membantu ketika akhir tahun aku masih punya simpanan," kata Nisa.
Perempuan asal Demak ini menyadari dengan mengandalkan gajinya saja tidaklah cukup. Lalu Nisa mencari pekerjaan sampingan lain dengan menjadi asissten make up.
Jika ada job, biasanya pukul 02.00 dinihari Nisa sudah bangun. Kemudian setelah itu dia menerjang hawa dingin demi mencari secercah rupiah.
"Kalau dapat job asissten make up tuh berangkatnya jam 3 subuh. Aku usahin jam setengah 6 harus selesai. Karena jam setengah 7 berangkat kerja," imbuhnya.
Tak hanya itu, sore harinya selepas pulang bekerja. Nisa tidak langsung istirahat dan leha-leha. Dia masih mencari uang tambahan dengan menjadi guru les di sebuah lembaga.
Menurut Nisa, pekerjaan-pekerjaan sampingan tersebut sangat membantu pemasukkan. Walaupun sering kali keteteran, tapi Nisa nggak pernah mengeluh demi orang tua dan adiknya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Didukung BRI, Flyover Sitinjau Lauik Hadirkan Akses Lebih Aman dan Efisien di Sumatra Barat
-
Balas Dendam Akademis Uya Kuya: Rumah Dijarah Akibat Hoax, Kini Lulus S2 Hukum IPK 3,72
-
15 Tempat Wisata di Kebumen dan Sekitarnya yang Cocok untuk Libur Sekolah dan Tahun Baru
-
Sambut Natal Penuh Suka Cita, BRI Renovasi Gereja Kristen Jawa Purwodadi
-
Ancaman Krisis Finansial Intai Gen Z, Melek Asuransi Jadi Kunci Resolusi Tahun Depan