SuaraJawaTengah.id - Elektabilitas pasangan calon presiden dan wakil presiden masih tidak mengalami perubahan jelang hari penentuan Pemilu 14 februari 2024 mendatang.
Bahkan, survei terbaru dari Data Riset Analitika menunjukkan elektabilitas pasangan capres-cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mencapai 51,7 persen dan diperkirakan memenangi Pilpres 2024 dalam satu putaran.
Sedangkan posisi kedua dikuasai oleh pasangan nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dengan elektabilitas 21,0 persen, terpaut tipis dari pasangan nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud Md dengan elektabilitas 20,1 persen dan sisanya menyatakan tidak tahu/tidak jawab sebesar 7,2 persen.
"Elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran mencapai 51,7 persen, sehingga Pilpres 2024 besar kemungkinan akan selesai dalam satu putaran," kata Direktur Eksekutif Data Riset Analitika Nana Kardina dikutip dari ANTARA pada Sabtu (31/1/2024).
Nana mengatakan gelombang dukungan yang sangat masif pada paruh akhir masa kampanye berdampak pada tingginya elektabilitas pasangan capres-cawapres nomor urut 2 tersebut.
Kecilnya persentase yang masih menyatakan tidak tahu/tidak jawab memperlihatkan makin mengecilnya proporsi swing voters.
“Rangkaian debat yang diselenggarakan KPU terlihat berpengaruh dalam keputusan memilih bagi yang awalnya ragu-ragu,” kata Nana.
Menurutnya, di antara ketiga pasangan, Prabowo-Gibran tampil lebih percaya diri dalam menggulirkan gagasan yang menarik dukungan publik.
Posisi Prabowo-Gibran yang terkesan menempatkan diri sebagai kandidat petahana juga menikmati efek Jokowi, yang mempunyai approval rating lebih dari 80 persen.
Baca Juga: Banjir Landa TPS, KPU Banyumas Gelar Simulasi Pencoblosan Tanggap Darurat
“Pemilih yang puas dengan kebijakan Jokowi cenderung memilih Prabowo-Gibran,” ujar Nana.
Sisanya diperebutkan terutama oleh pasangan Ganjar-Mahfud, tetapi dengan porsi yang lebih sedikit.
Sebelumnya baik Prabowo maupun Ganjar merupakan nama-nama yang menjadi favorit publik dan sama-sama mendapat promosi dari Jokowi.
“Perpecahan antara Jokowi dan kalangan elite PDIP membuat dukungan terhadap Ganjar menyusut,” lanjut Nana.
Posisi Ganjar-Mahfud yang bersikap kritis terhadap kinerja pemerintahan Jokowi turut memberikan sentimen negatif.
“Ganjar-Mahfud dianggap ambigu oleh publik, di mana Anies-Muhaimin yang paling mampu memerankan diri sebagai oposisi,” ujar Nana.
Berita Terkait
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Rekomendasi Bedak Waterproof Terbaik, Anti Luntur Saat Musim Hujan
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
SIG Dukung Batam Jadi Percontohan Pengembangan Fondasi Mobilitas & Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
-
Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Kirim 29 AMT untuk Pemulihan Suplai di Sumatera
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jumat Berkah: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
Skandal PSSI Jateng Memanas: Johar Lin Eng Diduga Jadi 'Sutradara' Safari Politik Khairul Anwar
-
8 Tempat Camping di Magelang untuk Wisata Akhir Pekan Syahdu Anti Bising Kota