
SuaraJawaTengah.id - Tangan Ahmad Muhajir gemetar sambil memegang tangan dokter di depannya. Bocah 9 tahun asal Kabupaten Blora itu terlihat sedikit ketakutan serta berteriak pelan, ketika menjalani pemeriksaan mata yang terganggu, seperti yang diinginkan Cagub Jateng Ahmad Luthfi beberapa waktu lalu.
Kepala dan dagu putra keempat dari pasangan Subandi (52) dan Siti Munawaroh (45) itu, menempel pada sebuah alat. Tepat di kedua matanya ada alat untuk merekam dan memotret kondisi bola mata kanan dan kiri. Sesekali dokter yang bernama Arnila Novitasari Saubig, Sp.M (K) mengarahkan cahaya senter ke kedua mata Muhajir.
Muhajir didampingi kedua orangtua dan kakaknya, Ahmad Ali Muhlisin, berangkat dari rumah menuju RS Mata JEC Candi Kota Semarang, Selasa (24/12/2024).
Berangkat menggunakan mobil Ambulan RS Bhayangkara, mereka dijemput dari rumah dan tiba di Kota Semarang 3,5 jam setelahnya.
Bahagia nampak dari wajah Subandi, istri dan anak-anaknya. Memeriksakan mata Muhajir di rumah sakit spesialis adalah keinginan keluarga yang tak kunjung terwujud karena dana. Kini hal itu terealisasi dan semua biaya ditanggung Ahmad Luthfi.
"Ini adalah harapan kami membawa Muhajir ke dokter lagi," kata Subandi.
Cagub Jateng Ahmad Luthfi memang tak bisa hadir langsung di momen pemeriksaan itu. Tapi ia menyempatkan diri untuk video call dengan Subandi dan Muhajir guna memberikan semangat.
"Le... piye Le? Yang semangat ya. Sudah ganteng pinter. Saya doakan dari sini. Semoga nanti bisa melihat normal lagi," kata Ahmad Luthfi yang diiyakan oleh Muhajir.
Demi mendengar itu, Subandi dan Muhajir pun mengucapkan terima kasih kepada Ahmad Luthfi atas perhatian dan bantuan yang diberikan.
Baca Juga: Kemenangan Luthfi-Yasin di Pilgub Jateng: Analisis Faktor Dominan dan Dinamika Politik ke Depan
"Terima kasih Bapak. Terima kasih," ujar Subandi dan Muhajir bersamaan.
Saat di ruang pemeriksaan kurang lebih 20 menit, mata kanan dan kiri siswa kelas 3 SD LB Jepon Blora ini, diperiksa dengan detil. Tak hanya itu, kedua bola mata dan kemampuan syarafnya juga di cek menggunakan USG mata.
Usai pemeriksaan, dokter menyampaikan mata kanan Muhajir sama sekali tak mampu melihat, sementara mata kiri masih samar-samar bisa melihat cahaya. Masih ada harapan.
Setelah tanya jawab antara orangtua dan dokter, diketahui bahwa Muhajir dulunya lahir kembar dan prematur. Saudara kembarnya, Muhadi meninggal beberapa hari setelah lahir. Sementara Muhajir harus dibantu dengan inkubator saat bayi. Ia tumbuh diinkubator dalam beberapa bulan pertama.
"Selama 3 bulan diinkubator, dapat asupan oksigen itu bagus untuk paru-paru. Tapi efek lainya, mempengaruhu syaraf-syaraf mata. Ada selaput putih tipis yang ketarik. Pertumbuhan pembuluh darah berlebihan," ujar dokter.
Menurutnya, kodisi mata Muhajir tidak bisa dioperasi namun mata kiri masih bisa diterapi dan diberi obat. Tujuan terapi untuk merangsang kemampuan syaraf melihat cahaya dan bayangan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Perbandingan Konsumsi BBM Mitsubishi Destinator vs Innova Zenix, Irit Mana?
- FC Volendam Rilis Skuad Utama, Ada 3 Pemain Keturunan Indonesia
- Nggak Perlu Jutaan! Ini 6 Sepatu Jalan Kaki Brand Lokal Terbaik di Bawah 500 Ribu
- Tukang Jahit Rumahan di Pekalongan Syok "Ditagih" Pajak Rp2,8 Miliar
- 5 SUV 7 Penumpang Alternatif Destinator, Harga Lebih Murah, Pajak Ringan!
Pilihan
-
9 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Memori Besar Terupdate Agustus 2025
-
9 Rekomendasi HP RAM 12 GB Memori 512 GB Termurah Agustus 2025
-
Harga Emas Antam Rontok, Hari Ini Jadi Rp 1.924.000 per Gram
-
Rahasia Dean Henderson Tundukkan Algojo Liverpool: Botol Minum Jadi Kunci
-
Bos Danantara Sebut Pasar Modal Motor Ekonomi, Prabowo Anggap Mirip Judi
Terkini
-
7 Prediksi Selasa Pahing 2025: Dari Rezeki hingga Asmara
-
Akal-akalan Mbak Ita Hindari KPK? Jaksa Bongkar Siasat Surat Edaran Anti-Pungli
-
Peran Suami Mbak Ita Terbongkar di Sidang: Atur Jatah Proyek, Ketua Gapensi Divonis 4,5 Tahun
-
BRI Digitalisasi Lomba Burung Karimata Arena, Mudahkan Transaksi Kicau Mania Lewat QRIS
-
Modal Usaha Rp6 Juta dari Kemensos Cair Lagi? Cek Syarat dan Cara Lolos Program PENA 2025