SuaraJawaTengah.id - Menggali ingatan warga dusun Ngaran Krajan sebelum penggusuran. Mereka yang kini memandang Candi Borobudur dari kejauhan.
Dalam ingatan Muh Barodi, Ngaran Krajan—kampung masa kecilnya— adalah tempat yang sudah maju. Berada di lingkup tapak Candi Borobudur, dusun ini sudah memiliki beberapa kantor perwakilan pemerintahan dan fasilitas umum yang terbilang lengkap.
Diantaranya kantor pertanian, Pendopo Kademangan Ngaran Krajan, pasar, masjid, dan terminal. Sekaligus beberapa orang ditunjuk sebagai ndoro mantri, atau pejabat yang berwenang menjalankan tugas layanan umum tertentu.
Kantor pertanian Borobudur masa itu misalnya, dipimpin oleh seorang ndoro mantri pertanian bernama R Kardono, asal Dusun Barepan, Wanurejo. Lokasi kantornya hanya berjarak sekitar 150 meter sebelah Utara candi.
Kemudian opas Damanuri yang bertugas sebagai juru ili-ili atau mantri yang bertanggung jawab mengatur pembagian air irigasi. Setelah meninggal, tugas Damanuri dilanjutkan oleh anaknya Muhdi.
Damanuri menjadi juru ili-ili sejak zaman Belanda. Berbeda dari situasi sekarang, saluran irigasi masa itu terus teraliri air meski pada musim kemarau.
“Sebelum digusur, Dusun Ngaran Krajan sudah maju sejak dulu. Borobudur dulu itu tanah perdikan. Sejak zaman Mataram Kuno. Setelah Mataram Islam berdiri, Kraton Yogyakarta menghormati kawasan Borobudur sebagai kawasan yang merdeka,” kata Muh Barodi, anggota Lembaga Adat Daerah (LAD) Borobudur.
Barodi mengaku sebagai keturunan Jogoboyo di Kademangan Ngaran Krajan. Beberapa rujukan bacaan menyebutkan kademangan sebagai wilayah kekuasaan setingkat desa.
Prasasti Tri Tepusan
Baca Juga: Teror Mencekam KKN di Magelang: Sampai Trauma Seumur Hidup!
Menurut Barodi, status dusun Ngaran Krajan sebagai tanah perdikan atau sima yang bebas pajak, dijelaskan dalam prasasti Tri Tepusan yang berangka tahun 842 Masehi.
Prasasti itu menyebutkan tokoh bergelar Sri Kahulunan yang membebaskan pajak beberapa desa, agar penduduknya ikut menjaga wilayah Kamulan Bhumisambara atau kawasan Candi Borobudur.
“Prasasti Kahulunan (Tri Tepusan) itu menegaskan bahwa Borobudur di-desentralisasi pada masyarakat sekitarnya. Maksudnya diserahkan pengamanannya, perawatannya sebelum Kerajaan Medang (Mataram Kuno) dipindah ke Jawa Timur.”
Penyerahan pengamanan ini menjadi dasar keyakinan Barodi, bahwa Candi Borobudur tidak pernah benar-benar ditinggal oleh penduduknya, selama pralaya letusan Merapi tahun 1008 M—seperti sering dijelaskan dalam buku-buku sejarah.
Dia yakin, selama kepindahan kerajaan Medang ke Jawa Timur, Candi Borobudur tetap dalam penjagaan para punggawa, juru kunci warga Ngaran Krajan.
Kondisi Candi Borobudur saat ditemukan juga tidak sedemikian hancur, seperti yang dilaporkan Bupati Yogyakarta, KRT Secodiningrat (Tan Jin Sing) tahun 1811, kepada Gubernur Jenderal Sir Thomas Stamford Raffles.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
SIG Dukung Batam Jadi Percontohan Pengembangan Fondasi Mobilitas & Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
-
Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Kirim 29 AMT untuk Pemulihan Suplai di Sumatera
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jumat Berkah: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
Skandal PSSI Jateng Memanas: Johar Lin Eng Diduga Jadi 'Sutradara' Safari Politik Khairul Anwar
-
8 Tempat Camping di Magelang untuk Wisata Akhir Pekan Syahdu Anti Bising Kota