Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 19 Juli 2025 | 14:50 WIB
Embun beku menempel di rumput lapangan dekat Candi Setyaki, Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Sabtu (19/7/2025) pagi, saat suhu minimum permukaan mencapai minus 2 derajat celcius. [ANTARA/HO-Dinbudpar Banjarnegara]

SuaraJawaTengah.id - Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah, kembali menunjukkan pesona ekstremnya. Suhu di kawasan Candi Arjuna anjlok hingga minus 2 derajat Celsius pada Sabtu (19/7/2025) pagi, memunculkan fenomena langka yang diburu wisatawan sekaligus menjadi momok bagi petani: embun upas atau embun beku.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Banjarnegara mengonfirmasi suhu beku tersebut tercatat di permukaan rumput Kompleks Candi Arjuna, Desa Dieng Kulon.

Fenomena kristal es ini sontak menjadi primadona, menarik wisatawan yang rela datang sejak subuh untuk menyaksikan pemandangan bak salju tipis di negeri tropis.

Kepala BMKG Stasiun Geofisika Banjarnegara, Hery Susanto Wibowo, menyatakan bahwa suhu permukaan yang ekstrem ini kontras dengan suhu udara minimum di sekitarnya.

"Dari pengamatan kami, suhu permukaan turun hingga minus 2 derajat celcius, sedangkan suhu udara minimum di sekitar Dieng berkisar antara 2 hingga 6 derajat celcius," katanya dikutip dari ANTARA.

Fenomena ini bukan yang pertama kali terjadi di musim kemarau tahun ini. BMKG mencatat, sejak awal Juli 2025, embun upas sudah muncul sebanyak tiga kali.

"Sejak awa Juli 2025, fenomena embun upas telah terjadi tiga kali selama musim kemarau tahun ini, yakni pada 10 dan 11 Juli yang mencapai 0 derajat Celcius serta 18 Juli yang mencapai minus 2 derajat celcius," jelas Hery.

Meski menjadi tontonan menarik, BMKG mengingatkan bahwa kondisi ini adalah sebuah anomali cuaca yang patut diwaspadai. Puncak musim kemarau yang diperkirakan terjadi pada Juli hingga Agustus berpotensi membuat suhu turun lebih ekstrem lagi.

“Kondisi seperti ini cukup ekstrem untuk wilayah tropis. Biasanya suhu minimum di wilayah itu sekitar 20-30 derajat celcius pada siang hari,” ujar Hery.

Baca Juga: Dieng Culture Festival 2024: Kembali ke Akar Budaya Tanpa Harmoni Atas Awan

Pedang Bermata Dua: Berkah Wisata, Bencana bagi Petani

Di satu sisi, embun beku menjadi daya tarik wisata yang signifikan, terutama saat muncul di akhir pekan. Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dieng Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dinbudpar) Kabupaten Banjarnegara, Sri Utami, mengungkapkan animo wisatawan yang tinggi.

"D lapangan dekat Candi Setyaki cukup tebal, kalau di Candi Arjuna juga ada, tapi tipis,” katanya. Fenomena ini, menurutnya, menyedot perhatian wisatawan yang sengaja datang pagi-pagi buta.

Bagi mereka yang ingin "berburu" embun beku, Utami memberikan sejumlah saran. “Jangan lupa menggunakan jaket, penutup kepala dan sarung tangan. Kami sarankan juga makan minum yang cukup karena sangat dingin," imbaunya.

Wisatawan disarankan untuk tiba di lokasi sekitar pukul 05.30 WIB untuk mendapatkan momen terbaik.

Namun, di sisi lain, embun upas adalah ancaman serius bagi sektor pertanian yang menjadi tulang punggung ekonomi lokal. Tanaman kentang, komoditas utama Dieng, sangat rentan terhadap suhu beku yang bisa menyebabkan gagal panen.

Load More