- Yoga Sugama memberi peringatan isu penculikan jenderal ke Parman, jadi sinyal skenario intelijen besar.
- Trio Soeharto, Ali Murtopo, dan Yoga dinilai saling melengkapi: arah, strategi opini, dan penghubung.
- Peringatan ke Parman dibaca sebagai umpan politik, agar posisi trio tetap aman dalam dua kemungkinan.
SuaraJawaTengah.id - Malam kelam 30 September 1965 atau lebih diklenal G30S PKI, ada satu peristiwa kecil yang belakangan dianggap sangat penting. Yoga Sugama, orang dekat Soeharto, menyampaikan peringatan kepada Mayjen S. Parman tentang isu penculikan para jenderal.
Dari titik inilah muncul dugaan adanya skenario intelijen yang melibatkan Soeharto, Ali Murtopo, dan Yoga sebuah trio yang tampaknya sudah menyiapkan langkah agar tetap di posisi menang, apa pun hasilnya.
Sebagaimana dikutip dari YouTube Intel Sejarah berikut pembahasan selengkapnya:
1. Peringatan yang terasa bukan sekadar peringatan
Beberapa minggu sebelum 30 September 1965, Yoga Sugama dari lingkungan KOSTRAD menemui Mayjen S. Parman. Ia menyampaikan isu tentang rencana penculikan para jenderal.
Parman merespons dengan meminta bukti. Respons sederhana ini dibaca sebagai petunjuk tentang kesiapan dan tingkat informasi yang dimiliki pihak Parman saat itu.
2. Bukan inisiatif pribadi, melainkan tugas resmi
Langkah Yoga lebih tepat dipahami sebagai penugasan dari jejaring kekuasaan yang sedang terkonsolidasi. Tujuannya memancing reaksi, menguji informasi yang dimiliki lawan, dan mencari celah, bukan semata menyelamatkan target.
3. Trio dengan peran saling mengunci
Baca Juga: 5 Penyebab Banyaknya Satuan Tentara yang Terpengaruh PKI di Jawa Tengah
Muncul gambaran tiga tokoh yang saling melengkapi. Soeharto memberi arah dan legitimasi, Ali Murtopo mengelola strategi dan opini, sementara Yoga Sugama menjadi penghubung yang leluasa melintas jalur resmi. Satu merancang, satu menggerakkan, satu mengetuk pintu.
4. Umpan intelijen dan tiga hal yang diukur dari Parman
Peringatan yang dibawa Yoga berfungsi seperti umpan. Dari respons Parman dapat dinilai tiga hal: apakah ancaman sudah terbaca, seberapa siap markas besar, dan sejauh mana informasi internal mau dibuka kepada utusan lingkar lain. Permintaan bukti menandakan kesiagaan belum penuh.
5. Lampu hijau untuk langkah berikutnya
Jika pihak Parman dinilai belum melihat ancaman atau belum siap, kondisi itu memberi ruang bagi manuver lanjutan. Bukan berarti mengatur aksi langsung, melainkan memanfaatkan kelengahan agar langkah politik berikutnya lebih mudah berjalan tanpa gangguan berarti.
6. Dua skenario yang sama-sama menguntungkan
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
Identix Group Buka Gerbang Ekspor Produk Lokal Jateng, Kopi dan Rempah Bakal Tembus ke 42 Negara
-
Nasib Khairul Anwar di Ujung Tanduk, Rangkap Jabatan Ancam Kursi Panas Ketua PSSI Jateng?
-
Jawa Tengah Dinobatkan sebagai Provinsi Sangat Inovatif dalam IGA Award 2025
-
7 Rekomendasi Mobil Hybrid Terbaik, Bisa Dibeli Di Akhir Tahun 2025 Ini
-
Tangan Dingin Anne Avantie di Bisnis Kuliner, Gandeng BRI Lestarikan Jajanan Legendaris