SuaraJawaTengah.id - Motif batik tradisional memiliki maksud dan fungsi tertentu. Karya seni budaya leluhur Nusantara.
"Motif batik lawasan atau tradisional memiliki filosofi. Motif batik yang diaplikasikan sebagai sandangan mengandung tujuan tertentu," kata penggiat budaya Paguyuban Pelaku Pelestari Budaya Nusantara (Pakudayamulia), Agung Begawan Prabu, Jumat (2/9/2020).
Batik motif Sido Mukti misalnya, memiliki filosofi kemakmuran. Sedangkan batik motif Gurda memiliki filosofi kewibawaan dan kemakmuran.
"Motif batik Gurda biasanya dipakai pejabat. Sedangkan motif Parang yang memiliki makna mencapai kesempurnaan ibadah biasanya dipakai untuk keperluan sepiritual."
Baca Juga:BMKG: Sebagian Wilayah Jateng Selatan Memasuki Awal Musim Hujan
Menurut dia, filosofi-filosofi tersebut bukan berarti batik memiliki unsur klenik. Tapi lebih kepada memberikan pengaruh semangat positif bagi penggunanya.
Pembuatan batik yang tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat, juga memiliki makna bahwa kehidupan manusia harus melalui proses dan tidak bisa instan.
Batik pada jaman dulu misalnya, biasanya ditulis oleh para ibu yang sedang mengandung. Kain batik dipersiapkan untuk menyambut kelahiran bayi.
"Batik tulis menandai proses kehidupan manusia. Batik menggambarkan proses hidup manusia."
Kemajuan jaman, pelan-pelan menggeser pengaplikasian motif batik. Motif modern batik biasanya dibuat bergantung pada moment atau kepentingan yang bersifat tentatif.
Baca Juga:Kumpulan Ucapan Hari Batik Nasional 2020 yang Dapat Dibagikan
Batik motif bola misalnya, dibuat untuk memeriahkan event Piala Dunia. Daerah juga membuat motif batik khas daerah masing-masing.
Agung Begawan Prabu menyebut batik motif modern sebagai batik kejar tayang. Karena proses penciptaan motifnya biasanya tidak melalui proses pengendapan ide dan rasa.
"Tidak ada yang salah dengan penciptaan motif modern batik. Tapi memang tidak ada maksud dan filosofi yang akan disampaikan."
Dia berharap proses penciptaan batik motif lawas atau tradisional diajarkan kepada anak-anak dan siswa sekolah. Tujuannya agar filosofi yang terkandung dalam motif-motif batik tersebut tidak hilang.
Kontributor : Angga Haksoro Ardi