Wow! Ada 4 Tradisi yang Selalu Dilakukan Nelayan Kota Tegal

Tradisi itu dilakukan para nelayan Kota Tegal sebelum berangkat melaut atau mencari ikan di tengah laut

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 23 Maret 2021 | 08:42 WIB
Wow! Ada 4 Tradisi yang Selalu Dilakukan Nelayan Kota Tegal
Ilustrasi perahu nelayan. Ada 4 tradisi nelayan kota tegal yang dilakukan sebelum melaut. (Pixabay)

SuaraJawaTengah.id - Setiap nelayan memilki budaya atau tradisi yang turun temurun mereka lakukan sebelum melaut. Termasuk nelayan dari Kota Tegal

Sebagian besar masyarakat Kota Tegal memang menggantungkan nasib dari hasil laut. Namun ternyata, di tengah berkembangnya zaman, masih ada sederet tradisi yang masih dilakukan para nelayan di Kota Tegal.

Dilansir dari Ayosemarang.com, Tokoh masyarakat pesisir, Tambari Gustam mengatakan, sedikitnya ada 4 tradisi yang masih eksis dilakukan oleh para nelayan, antara lain;

1. Tradisi Sambat Jog Perahu atau gotong royong menurunkan perahu ke sungai.

Baca Juga:Hadiri Reuni, Suami-Istri di Kota Tegal Meninggal Terpapar Covid-19

Menurut Tambari, jog perahu merupakan tradisi turun temurun yang hingga saat ini masih banyak dijumpai di wilayah pesisir Kota Tegal.

"Jadi cara menurunkan perahu masih menggunakan cara tradisional. Perahu diturunkan secara rame-rame, meski sekarang sudah ada alat pendorong modern atau hidrolis," katanya belum lama ini.

Ia mengatakan, tradisi ini hampir ada di semua daerah pesisir. Tradisi ini juga menjadi simbol kegotongroyongan masyarakat pesisir Kota Tegal yang masih kental dan harus dilestarikan.

"Bagi nelayan yang tidak sedang melaut, ketika ada rame-rame mereka akan datang. Karena itu nanti akan gantian. Meskipun mereka tidak dibayar dengan uang, biasanya hanya wedangan dan rokok," ucapnya.

2. Tradisi Labuhan

Baca Juga:Pergi Mancing, 2 Nelayan di Sumut Dilaporkan Hilang

Tadisi ini diperuntukan bagi nelayan yang baru melepas masa lajangnya. Ada juga yang diperuntukan untuk kapal nelayan.

"Jadi tradisi ini jika ada pengantin baru yang belum genap 40 hari tapi mau berangkat melaut. Mereka harus menggelar acara labuhan dulu," katanya.

Dalam tradisi labuhan, orang yang bersangkutan akan diarak ke tepi laut oleh orangtuanya.

"Orang yang bersangkutan diluluri dengan rempah-rempah dulu, baru diarak ke tepi laut. Kemuduan melarung sesajian yang berisi kembang setaman, nasi liwet yang ditaruh dikendi dan dikasih telur, ingkung, pisang tujuh rupa dan lain sebagainya," terangnya.

Tambari mengatakan, tradisi labuhan memiliki makna wujud syukur kepada Allah SWT sekaligus mendoakan agar selama melaut diberi keselamatan.

3. Tradisi Sambetan

Tradisi ini biasanya digunakan untuk perahu atau kapal yang hendak berangkat melaut.

"Biasanya ada doa bersama yang dipimpin tokoh agama dan sesepuh. Kemudian dilanjutkan dengan meluluri kapal dengan jampi-jampi sambetan. Isinya rempah-rempah, dominan kunir," ungkapnya.

Bukan hanya itu, pemilik kapal juga akan menyediakan sorakan atau saweran berupa uang. Ada yang disebar ada pula yang dibagikan.

Sama halnya tradisi lainnya, tradisi labuhan juga memiliki makna yang dalam, yakni agar kapal mempunyai kekebalan saat melaut.

"Harapannya kan kapal jadi rosa atau kuat, berkah dan barokah. Berangkat selamat pulang selamat. Juga berpenghasilan lebih baik dari sebelumnya," jelasnya.

Selanjutnya, pada malam harinya, nelayan akan menggelar Megeleng (lek-lekan) selama satu malam.

4. Tradisi Berag

Tradisi ini merupakan tradisi uji coba mesin dan olah gerak kapal sebelum kapal berangkat melaut.

"Kita juga punya tradisi berag atau mencoba mesin. Semua dicoba, dari mesin, lampu dan lainnya. Jadi ketika berangkat, kapal dalam kondisi yang baik," ucapnya. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak