Geram 10 Tahun Air Bercampur Lumpur, Puluhan Warga di Banyumas Geruduk Balai Desa

Bahkan sudah dari awal adanya Pamsimas, kondisi air yang mengalir sudah keruh.

Ronald Seger Prabowo
Rabu, 02 Juni 2021 | 12:41 WIB
Geram 10 Tahun Air Bercampur Lumpur, Puluhan Warga di Banyumas Geruduk Balai Desa
Puluhan warga menggeruduk Balai Desa Beji, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, untuk memprotes keruhnya kondisi air yang selama ini mengaliri warga, Rabu (2/6/2021). Suara[.com/Anang Firmansyah]

SuaraJawaTengah.id - Puluhan warga dari Grumbul Beji Lor, Desa Beji, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas geruduk balai desa karena merasa dirugikan atas pelayanan air bersih di wilayahnya, Selasa (2/6/2021).

Tujuan utama warga tersebut adalah untuk menemui kepala desa yang dicurigai memboikot wilayah grumbul setempat dengan membiarkan air yang bersumber dari eks PNPM keruh seperti lumpur dari sepuluh tahun ini.

Perwakilan salah satu warga, Nur Fuad menjelaskan kondisi tersebut sudah kritis karena 80 persen kebutuhan air digunakan oleh warga untuk konsumsi. Bahkan sudah dari awal adanya Pamsimas, kondisi air yang mengalir sudah keruh.

"Kita sudah mencoba berulang kali untuk audiensi dengan kades namun kita tidak pernah ditemui sama sekali. Ibaratnya tidak pernah sama sekali mendengar keluhan warga Beji Lor," katanya dengan nada geram, Selasa (6/2/2021).

Baca Juga:Gunungkidul Dilanda Kekeringan, Ribuan Warga Girisubo Kesulitan Dapatkan Air Bersih

Kondisi tersebut diperparah dengan matinya aliran air eks PNPM pada saat bulan puasa kemarin. Namun, begitu mengalir setelah lebaran kondisi air seperti lumpur.

"Kita memang kesal karena kondisi air keruh seperti lumpur, makanya kita semua sempat sepakat untuk tidak membayar air iuran selama satu tahun. Karena tidak pernah mendapat penjelasan dari pihak pemerintah desa. Kami sebenarnya mengetahui dalam beberapa waktu ini, air yang diambil untuk warga bersumber dari kolam ikan. Tidak ada saringannya. Jadi ya kami wajar protes seperti ini," jelasnya.

Selama ini warga mengaku mendapat air bersih dengan membeli galon dan meminta kepada warga yang memiliki sumur. Hal ini buntut dengan tidak jelasnya uang yang selama ini ditarik untuk iuran air.

"Warga selama ini iuran paling sedikit Rp 40 ribu maksimal bisa sampai Rp 200 ribu. Terus juga warga selama ini beli air galon untuk konsumsi. Jadi kita bayar air untuk konsumsi tapi nyatanya tidak bisa dikonsumsi," ujarnya.

Situasi sempat memanas karena ternyata kepala desa sedang berada di luar kota dan terkesan tidak ingin memenuhi warga. Warga yang geruduk balai desa hanya ditemui oleh sekretaris desa.

Baca Juga:Anak di Banyumas Meninggal Karena Game Online, Hasil Diagnosis: Gangguan Mental Organik

Puluhan warga yang datang tersebut menuntut kepada pemerintah desa agar bisa menyelesaikan permasalahan air bersih, pada hari ini juga. Sekdes yang menemui warga juga diminta untuk mengambil sikap dan kepastian kepada warga Beji Lor.

"Hari ini pokoknya harus ada kepastian air ini. Kalau misal tidak, kami akan datang kembali dengan massa yang lebih banyak lagi minggu depan. Ini kami datang perwakilan karena menjaga protokol kesehatan. Sebenarnya banyak warga yang menunggu hasil pertemuan kami ini. Yang terdampak ada sekitar 400 rumah di Dusun 1," terangnya.

Sementara itu, Sekretaris Desa Beji, Sutoro mengatakan saat ini, kepala desa sedang berada di Kabupaten Grobogan untuk mengantarkan warganya yang akan menikah.

"Karena kan sudah jauh-jauh hari di boking, kebetulan juga pinjam mobil Pak Kades jadi memang sudah direncanakan dari jauh hari. Bukan bermaksud untuk tidak menemui warga," jelasnya.

Meski begitu, ia berjanji kepada warga akan menyelesaikan tuntutan warga dalam waktu kurang dari seminggu. Terkait dengan kepengurusan pengelolaan air, dirinya menjelaskan saat ini dipegang oleh BUMDes.

"Cuma memang kepengurusannya sedang morat-marit jadi kepengurusan yang lama ndilalah tidak direstui masyarakat. Padahal kepengurusan yang lama mereka yang bentuk juga. Tapi itu kan sudah lama sekali. Karena itu kan eks PNPM kemudian ditunjuk tim pemelihara. Nah pemeliharanya ini berhenti di tengah jalan kemudian diambil alih oleh BUMDes, tapi BUMDes nya bermasalah," paparnya.

Ia mendukung sepenuhnya tuntutan masyarakat karena memang air menjadi kebutuhan pokok dan vital. Yang menjadi masalah saat ini, pihak pemelihara tidak menambah debit namun pemasangan jalan terus.

"Jadinya debitnya kurang. Kebetulan perencanaan kami mengetahui perihal jalur itu," tandasnya.

Kontributor : Anang Firmansyah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini