“Waktu itu memang semuanya susah. Saya punyanya cuman jamu, barengan sama teman ngasih botol, terus ada yang ngasih gula pasir. Jadi 150 botol, kami berikan ke nakes di RSU Muntilan, RS Tidar, dan RST dr Soedjono. Itu kemasan 250 mililiter,” ujarnya.
Sejak tahun 2016 Dwi Kuntari menggeluti produksi jamu. Diawali dari produksi kecil-kecilan yang hanya memenuhi pesanan kenalan atau teman-teman dekat.
Menjual jamu kemasan secara serius baru dilakukan Dwi Kuntari pada tahun 2019. Display perdana produk jamunya justru di toko hewan peliharaan (pet shop) milik seorang teman.
“Dia nawari jamunya dititipkan di pet shop, nanti dibantuin promosi. Kebetulan yang datang dari kalangan menengah ke atas. Alhamdulillah mereka suka. Jadi setiap minggu sekarang nyetok disana.”
Baca Juga:Kebal! Pedagang Asal Magelang Goreng Bakwan di Minyak Panas Pakai Tangan Kosong
Produk jamu kemasan buatan Dwi Kuntari menggunakan label dagang “Jamu Deka”. Beraneka jenis jamu ditawarkan dari mulai Belovera (beras kencur alovera), Aserehe (asem, lemon, sereh, jahe), dan JAC (jamu anti Corona).
Produk jamu asi booster (penambah asi untuk menyusui), lemonberry (penambah nafsu makan anak), hingga paket jamu program hamil juga tersedia.
Penjualan paling banyak tentu saja jamu anti Corona. Jika sebelumnya terjual sekitar 300 botol dalam sebulan, pada pertengahan tahun 2020 jumlah permintaan JAC melonjak menjadi 1.200 botol.
“Jadi pas pandemi itu saya pingin sesuatu yang baru. Saya membuat namanya jamu anti corona (JAC) itu yang paling laris,” kata Dwi Kuntari.
Pada Juni-Juli 2021 permintaan JAC kembali melonjak 100 hingga 150 persen, seiring naiknya jumlah kasus penularan Covid. “Sekarang kan sudah banyak suplemen jadi nggak kaya waktu awal dulu. Tapi (tetap) ada kenaikan dua kali lipat.”
Baca Juga:Ayo Bantu! Bayi Hidrosefalus di Magelang Kesulitan Biaya Operasi
Selain melayani empon-empon dalam kemasan, Jamu Deka juga melayani permintaan packing jamu untuk souvenir pernikahan. Souvenir berupa jamu kemasan, cocok untuk tema pernikahan di masa Covid.