"Saya juga pernah tak tidur dalam satu hari. Biasanya itu terjadi jika banyak ikan," jelasnya sembari menunjukan kelopak matanya yang sudah menghitam.
Saat itu, banyak ABK yang mulai sakit-sakitan. Bahkan, salah satu dari temannya kakinya sampai bengkak dan muntah darah. Namun, temannya itu tetap dipaksa bekerja oleh kapten kapal.
Boy dan teman-temannya dilarang sakit. Perusahaan kapal pencari ikan itu seperti tak mau rugi jika para ABK sakit dan berhenti kerja karena akan mengurangi tangkapan ikan mereka.
Beruntung, pada tahun 2019 Boy bisa kembali pulang. Namun, kepulangan Boy kurang tepat. Boy pulang ketika pandemi Covid-19 sedang menggila.
Baca Juga:Diduga Jatuh ke Perairan Merak saat Mancing, ABK KMP Suki 2 Masih dalam Pencarian
Selama beberapa bulan Boy menganggur karena sulit mendapatkan pekerjaan saat pandemi. Karena terdesak kebutuhan keluarga, Boy memutuskan untuk mencoba keberuntungan menjadi ABK di kapal asing yang berbeda.
Di kapal yang kedua, dia mengalami permasalahan yang berbeda. Perusahaan kapal itu belum memberikan gaji kepada Boy selama beberapa bulan.
Sampai saat ini Boy masih memperjuangkan upahnya yang belum diberikan oleh perusahaan. Dia tak akan menyerah, apa yang menjadi haknya akan terus dia tagih.
"Sudah enam bulan gaji saya juga belum diberikan," katanya.
Dalam hal ini, Boy tak sendirian. Terdapat sekitar 150 laporan ABK yang sudah melapor ke Serikat Buruh Migran Indonsia (SBMI) Cabang Tegal. Pandemi Covid-19, disinyalir turut mempengaruhi perbudakan yang dialami oleh ABK.
Baca Juga:Tuduh Curi HP-nya, ABK Tusuk Empat Rekannya di Muara Baru, Sempat Pesta Miras
Sekretaris SBMI Tegal, Erni membenarkan jika sudah ada ratusan ABK yang melapor ke SBMI. Laporan dari ABK juga bermacam-macam, mulai dari kekerasan hingga tak sampainya gaji ABK kepada keluarga.