Para warganet di kolom komentar pun tak hentinya meminta Yaqut Cholil Qoumas untuk membatalkan aturan penggunaan pengeras suara yang telah menjadi budaya di Indonesia.
"Yang beda keyakinan aja gak merasa terganggu dengan suara azan, malah senang dan tau apa arti dr azan itu. Tapi kok yang satu keyakinan merasa risih dan terganggu dengan suara azan dengan alasan toleransi yang dibuat-buat. Na'uzubillah," ujar akun @a_hansmu**.
"Hanya di rezim Jokowi isu agama dan radikal selalu jadi tranding topik, malah menjadi perpecahan antar umat," sedih akun @reizamah**.
"Lah ini baru bener, kenapa justru yang repot oknum orang Islam sediri sibuk ributin hal-hal yang dah jadi kebiasaan di Indonesia, mungkin pengin dianggap paling tolerasi," imbuh akun @nadaband**.
"Semoga bapak Menag yang terhormat bisa menyaksikan tayangan ini dan bisa melembutkan hati Bapak. Aamin," sahut akun @safla**.
"Kalau non muslim aja bersaksi kayak gini. Jadi siapa yang dimaksud sama Yaqut yang terganggu dengan volume suara masjid itu?," heran akun @hendraague**.
Kontributor : Fitroh Nurikhsan