Peringatan 1 Suro di Candi Borobudur, Mengembalikan Nilai Sakral

Nilai sakral itu yang menurut Komunitas Brayat Penangkaran Borobudur selama ini mulai diabaikan dalam pengelolaan Candi Borobudur.

Ronald Seger Prabowo
Senin, 01 Agustus 2022 | 13:00 WIB
Peringatan 1 Suro di Candi Borobudur, Mengembalikan Nilai Sakral
Peringatan 1 Suro di Candi Borobudur oleh Komunitas Brayat Penangkaran Borobudur. Mengembalikan spiritual Borobudur melalui tradisi. [Suara.com/ Angga Haksoro Ardi]

Pencarian kebenaran tertinggi diabadikan melalui fragmen relief Gandawyuha di lorong 2 dan 3 Candi Borobubudur. Relief itu menceritakan perjalanan spiritual Sudhana mencari nilai spiritual tertinggi.

Fragmen Gandawyuha yang terdiri dari 460 panel relief, konon merupakan kisah yang sangat populer di India saat agama Buddha dan Hindu masuk ke Nusantara.

Begitu sarat makna cerita Sudhana ini, Raja India masa itu pernah menulisnya sendiri sebagai naskah sutra yang diserahkan kepada salah seorang kaisar Tiongkok.

Menurut cendikiawan Buddhis, Salim Lee, bukan tanpa alasan Gandawyuha dimasukkan oleh nenek moyang dalam relief Candi Borobudur. Gandawyuha dianggap mengandung kedalaman ajaran Buddha.

Baca Juga:Festival Budaya Loloan di Jembrana Bali

Gandawyuha di Tiongkok menjadi sangat terkenal dalam bentuk laku meditasi. Di Borobudur, Gandawyuha lebih menonjolkan sikap peduli dan bermasyarakat.

Pahatan fragmen Gandawyuha (juga semua relief) di Candi Borobudur menunjukkan corak Nusantara. Menunjukkan betapa nenek moyang kita bertoleransi dan mampu menyesuaikan diri menerima kebudayaan baru.

Ajaran agama dan kebudayaan yang datang ditelaah terlebih dahulu. Kemudiaan diterjemahkan dan dikemas dalam balutan budaya lokal yang khas corak Nusantara.

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

Baca Juga:Netizen Syok Jefri Nichol Ikut Ritual Malam 1 Suro, Terpantau Gandeng Seorang Wanita

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak