Siswandi menjual satu bal soun seharga Rp125 ribu. Dia sudah memiliki pelanggan tetap di beberapa pasar di wilayah Magelang, Purworejo, bahkan sampai Wonosobo.
"Pokoknya kalau sudah ada 100 bal langsung kita kirim. Ada juga pembeli yang mengambil di rumah sekitar 10 sampai 20 bal per hari."
Siswandi mengaku tidak pernah menghitung secara pasti berapa omzetnya setiap hari. Yang jelas dari usaha ini dia mampu membeli beberapa bidang tanah dan menyekolahkan kelima anaknya hingga perguruan tinggi.
Pabrik pembuatan soun di areal seluas 2 ribu meter persegi ini, dibelinya dari menyisihkan sebagian keuntungan usaha. Siswandi juga masih memiliki lahan sawah seluas 10 ribu meter di bagian lain desa.
Baca Juga:Anak Kost Mesti Tahu! Begini Cara Menghentikan Ketagihan Mie Instan
Siswandi memulai usaha dari nol. Semua alat dan pengetahuan membuat soun berbahan tepung aren, dilengkapi dan dipelajarinya secara bertahap.
Proses membuat soun dimulai dari merendam tepung aren selama sehari semalam. Rendaman tepung kemudian diaduk tiap pagi dan sore selama 4 hari.
Sambil diaduk, larutan tepung dibersihkan dari kotoran sisa-sisa penggilingan aren. Larutan air yang bercampur tepung itu kemudian direbus.
Setelah mendidih, larutan perlahan akan menggumpal menjadi adonan lengket mirip papeda.
Adonan ini kemudian dipres menggunakan alat hidrolik berpenggerak motor listrik. Adonan yang keluar berupa sulur-sulur dihampar pada wadah panjang berbahan seng untuk dikeringkan dengan cara dijemur.
Baca Juga:Harga Mi Instan Naik 3 Kali Lipat? Begini Penjelasan Bos Indofood
“Saya mulai dari nol pakai alat manual. Ngepresnya pakai hidrolik terus ganti pakai alat pres yang diputar. Terus maju lagi pakai alat pres listrik otomatis.”