"Karena Jawa Barat sudah dikuasai Belanda, mereka hendak menyerang Yogyakarta. Dan Yogyakarta saat itu jadi ibu kota negara sementara setelah dilakukan pemindahan dari Jakarta karena situasi di Jakarta tak kondusif," papar Nursahit.
Ia mengatakan, militer Belanda membawa perlengkapan perang lengkap dari mobil hingga tank saat masuk ke Kota Semarang.
"Namun pejuang gerilya merusak Jembatan Kali Garang sehingga tentara Belanda tertahan dan terpaksa memutar jalur," terangnya.
Startegi yang sama juga dilakukan para penjuang di Tanjakan Gombel, bom dipasang dan akses jalan dirusak.
Baca Juga:Bersepeda Jadi Salah Satu Wisata yang Digemari Jelang Libur Kemerdekaan RI
"Tujuannya sama menahan pergerakan Belanda. Akhirnya tentara Belanda kembali memutar dan mengambil jalur di wilayah Gunungpati," tuturnya.
Menurutnya, jika tentara Belanda dapat melintas di dua lokasi itu Presiden Soekarno yang dipindahkan ke Yogyakarta akan terancam, begitu pula dengan kemerdekaan Indonesia.
"Hampir satu tahun lebih peperangan berlangsung, dua lokasi tersebut juga jadi tempat yang strategis untuk menahan pasukan Belanda," terang Nursahit.
Nursahit menambahkan, aksi mengahadang militer Belanda selesai pada November 1949.
"Setelah digelar Konferensi Meja Bundar November 1949, Belanda mengakui kedaulatan Indonesia. Pertempuran pun diakhiri. Jembatan dan akses jalan pun dibangun dan dikembalikan seperti semula," imbuh Nursahit yang secara resmi masuk TNI pada 1950 an itu.
Baca Juga:Libur Hari Kemerdekaan RI, Ini Tujuh Rekomendasi Aktivitas yang Cocok Dilakukan
Kontributor : Aninda Putri Kartika