SuaraJawaTengah.id - Tragedi Stadion Kanjuruhan yang menewaskan 135 orang, 1 Oktober silam memantik keprihatinan berbagai pihak.
Termasuk dari pengamat sepak bola Jawa Tengah, Amir Machmud yang menyoroti tragedi kelam sepak bola Indonesia
Namun, Amir menyoroti terhentinya kompetisi yang berefek domino kepada semua aspek, baik klub peserta hingga nasib para pemain maupun pelatih..
"Apakah tidak sebaiknya, penghentian itu dulu diputuskan sampai berapa pertandingan, ini untuk menunjukkan punya empati terhadap para korban dan keluarga korban tragedi. Itu menurut saya perlu ada batas waktu," kata Amir Machmud, Senin (31/10/2022).
Baca Juga:PSSI Percepat KLB, Pengamat Ragu Kongres Hasilkan Perubahan Maksimal
"Tetapi Ketika penghentian seluruh nadi kompetisi dan kemudian tidak jelas kapan akan dilaksakana kembali, saya kira ini akan menyentuh semua aspek profesionalitas kompetisi," tambah dia.
Lebih rinci, Ketua PWI Jateng itu memaparkan terhentinya kompetisi berpengaruh dengan komitmen antara klub dan sponsor-sponsor yang sudah terjalin sejak sebelum liga.
"Kondisi itu tentunya harus ada negosiasi ulang. Apakah memungkinkan ini diteruskan atau mungkin secara professional harus ada restrukturisasi, ini yang menyulitkan," tegasnya.
Lalu dari sisi teknik, tim pelatih menurutnya juga kesulitan menyesuaikan program latihan dengan periode kompetisi.
"Ini akan menjadi sulit ketia harus mengulang, tiga perempat atau sepertiga menyulitkan, ini harus dimulai lagi," jelasnya.
Baca Juga:Pesan Menohok Mahfud MD ke Pengurus PSSI, Jika Anda Punya Moral Mundur!
Mantan Pemred Suara Merdeka itu kemudian menyotori desakan Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI yang dinilainya tidak objektif.
Amir juga menilai desakan KLB PSSI penuh dengan unsur politis ketika persoalan organisasi kepemimpinan masuk dalam unsur KLB.
Selain itu, desakan mundur disuarakan oleh Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Stadion Kanjuruhan, menurut saya menjadi aneh. TGIPF menurutnya boleh menuntut pertanggungjawaban hukum, tetapi tidak dalam kapasitas untuk meminta KLB.
KLB Hak Voter
Menurutnya, pertangungjawaban pengurus PSSI juga tidak membutuhkan waktu lama. Mengingat sebentar lagi masa kepengurusan otoritas sepak bola Indonesia itu sudah habis.
Kenapa tidak dihabiskan itu, yang penting Iwan Bule menyatakan bertanggung jawab dari sisi penangung jawab sepak bola Indonesia ini kan dia dan para exco dan kemudian meminta maaf.
"Karena KLB ini kan hak pemilik suara atau voters. Kalau ini terjadi, FIFA akan bersuara, seolah-olah TGIPF tersebut kan bentukan pemerintah, bagian dari intervensi," kata Amir Machmud.
Baginya, Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan atau Iwan Bule tidak punya cukup legitimasi untuk mencalonkan diri kembali setelah tragedi Stadion Kanjuruhan.
Namun jika diminta mundur sekarang dan itu didorong oleh bukan oleh para pemilik suara atau para pemilik suara, dilegitimasi oleh kekuatan-kekuatan yang mendorong mungkin agak menjadi tidak objektif lagi.
"Saya tidak berpihak kepada siapa pun, tetapi melihat kondisi obyektif di tengah situasi seperti ini bukan masalah KLB yang dipentingkan, tetapi menuntaskan persoalan Kanjuruhan dari sisi profesionalitas organisasi, dan kemudian dari sisi hukum," paparnya.
Amir melanjutkan, beda khasus jika Iwan Bule tersangkut masalah pidana di dalam kasus tersebut.
"Ttu perkara lain ya. Tetapi bahwa tuntutan mundur terlebih dahulu, itu menurut saya menjadi akan menyulitkan sepak bola sendiri, itu bukan solusi menurut saya," jelas dia.
Amir Machmud menegaskan, saat ini yang perlu dipikirkan adalah tentang lanjutan kompetisi. Tren penghentian kompetisi seolah-olah melemahkan semangat. Ada tren turun orang tidak ada semangat lagi, apakah nanti akan berakhir tanpa ujung tanpa juara, dan kemudian musim depan memulai kompetisi kembali. Kalau itu terjadi, ini preseden yang sangat tidak bagus.
"Ini pernah terjadi pada era Ketua Umum PSSI Agum Gumelar menjelang Pemilu kala itu dikhwatirkan ada riak-riak politik yang masuk. Kalau sekarang in ikan persoalannya berbeda, saat ini masalah Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang, memang ini persoalan manajemen, pprofesionalitas pengelolaan pertandingan, kalau ini dihentikan, tidak ada kejelasan apakah nanti dilanjutkan lagi, apakah harus memulai dari nol kompetisi periode baru, ini nanti akan menjadi preseden yang tidak bagus," jelas Amir Machmud.