SuaraJawaTengah.id - Kota Pekalongan diprediksikan tenggelam pada 2035. Butuh penanganan khusus untuk mencegah terjadinya bencana tersebut.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyebut butuh tindakan ekstra untuk penanganan banjir di pesisir pantai utara (Pantura) tersebut.
"Itu harus ada tindakan yang ekstra," kata Ganjar di Semarang, Senin (14/11).
Tindakan ekstra itu, kata Ganjar, seperti yang dilakukan di Kota Semarang. Yakni dengan penanganan komprehensif antara lain revitalisasi aliran sungai hingga memperbanyak polder.
Baca Juga:Soal Perundungan Oleh Guru ke Siswi di Sragen: Sudah Diperingatkan, Anda Berhadapan dengan Saya!
"Jadi tidak ada yang instan hari ini," ucapnya.
Terlepas dari itu, lanjut Ganjar, saat ini seluruh proyek penanggulangan banjir di Pekalongan terus berjalan. Pelaksananya juga dilakukan bersama-sama.
"(Penanganan) Jalan terus sekarang. Tanggulnya jalan, pekerjaan dari kota dan pemprov jalan, sekarang lagi on going," ujarnya.
Kendala yang kini dihadapi adalah mulainya musim penghujan. Sehingga pekerjaan harus berkejaran dengan hujan yang turun dengan intensitas tinggi.
Mantan anggota DPR RI itu mengatakan, tindakan pencegahan harus diutamakan. Peringatan dini harus diterapkan, sehingga masyarakatnya bisa diselamatkan.
Baca Juga:Dubes Indonesia untuk Prancis Sebut Produk UMKM dan Investasi Jateng Jadi Favorit
"Kalau hujannya begini terus banjir pasti akan terjadi. Maka early warningnya diberikan agar kita selamatkan manusianya dulu,"tandas Ganjar.
Sebagai informasi, Dalam sebuah seminar daring yang digelar Kamis (3/11) terdapat fakta-fakta mengejutkan dari Kota Pekalongan, Jawa Tengah. Kota di pesisir utara Jawa itu diprediksi bakal tenggelam pada 2035.
Penyebabnya, permukaan tanah di kota itu terus turun. Bahkan, di salah satu titik, permukaan tanah turun hingga 11.9 cm dalam kurun dua tahun.