Duh! Hasil Survei dari Indometer, NasDem, PPP dan PAN Terancam Gagal ke Senayan

Tiga partai yakni NasDem, PPP dan PAN terancam gagal ke Senayan karena elektabilitas parliamentary threshold masih di bawah empat persen

Budi Arista Romadhoni
Senin, 06 Februari 2023 | 09:42 WIB
Duh! Hasil Survei dari Indometer, NasDem, PPP dan PAN Terancam Gagal ke Senayan
Hasil survei yang dilakukan Indometer pada 21-27 Januari 2023 terkait elektabilitas partai politik di Jakarta, Minggu, (5/2/2023). (ANTARA/HO-Humas Indometer).

SuaraJawaTengah.id - Tiga partai yakni NasDem, PPP dan PAN terancam gagal ke Senayan karena elektabilitas parliamentary threshold masih di bawah empat persen. 

Hal itu berdasarkan hasil survei yang dilakukan Indometer pada 21-27 Januari 2023. Ketiga partga NasDem, PPP dan PAN gagal mengirimkan wakilnya ke senayan. 

"Nasdem, PPP, dan PAN terancam gagal melenggang ke Senayan, sedangkan PSI terus mengalami kenaikan elektabilitas," kata Direktur Eksekutif lembaga survei Indometer Leonard SB dikutip dari ANTARA pada Senin (6/2/2023). 

Leonard menyebutkan elektabilitas NasDem sedikit mengalami kenaikan setelah sebelumnya terus menurun pascamendeklarasikan Anies Baswedan maju di Pemilihan Presiden 2024.

Baca Juga:Arsul Sani: Erick Thohir di PPP Paling Ramai, Bisa Jadi Capres Bisa Cawapres

Temuan Indometer saat ini partai besutan Surya Paloh tersebut memiliki elektabilitas sebesar 3,0 persen atau masih di bawah batas aman parliamentary threshold sebesar empat persen.

Artinya, dengan elektabilitas tersebut NasDem masih terancam tidak bisa kembali ke Senayan. Kemudian PPP dan PAN hingga hasil survei itu dipaparkan ke publik juga belum beranjak dan masih di bawah empat persen. Keduanya masing-masing memperoleh elektabilitas 2,2 persen dan 2,0 persen.

Berbeda halnya dengan tiga partai tersebut, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) terus mengalami kenaikan elektabilitas dan kini mencapai 5,7 persen.

"PSI diprediksi berhasil mengirim wakil ke DPR pada Pemilu mendatang," ujar dia.

Menurut Leonard, keputusan NasDem mengusung Anies sebagai calon presiden menggerus basis dukungan terutama di kalangan pemilih nasionalis. Upaya NasDem untuk mendapatkan coattail effect dari tingginya elektabilitas Anies juga belum terbukti, mengingat belum solidnya Koalisi Perubahan khususnya dalam menentukan calon wakil presiden pendamping Anies.

Baca Juga:NasDem, PKS dan Demokrat Sudah Sepakat Dukung Anies, KIB Ogah Terpancing Buru-buru Tentukan Capres-cawapres

Sementara itu, PPP dan PAN sebagai rekan Golkar dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) tidak memiliki tokoh yang kuat untuk diusung sebagai capres.

"Bahkan nama-nama dari luar partai seperti Ganjar Pranowo, Erick Thohir hingga Sandiaga Uno yang terus didengungkan selain Airlangga Hartarto yang dijagokan Golkar," ucap dia.

Secara umum, PDIP masih memperoleh elektabilitas tertinggi yakni 19,0 persen diikuti Gerindra 11,7 persen, Golkar 8,1 persen dan PKB 6,0 persen. Kemudian Demokrat berada di atas PSI dengan elektabilitas 6,0 persen, dan PKS 4,5 persen.

Selain NasDem, PPP dan PAN sejumlah partai lainnya masih harus berjuang untuk lolos di antaranya Gelora 1,4 persen, Perindo 1,1 persen dan Partai Ummat 1,0 persen.

Berikutnya ada PBB 0,7 persen, Hanura 0,6 persen, Garuda 0,2 persen dan PKN 0,1 persen. Pendatang baru lainnya yaitu Partai Buruh masih nihil dukungan dan sisanya tidak tahu/tidak menjawab sebesar 26,0 persen.

Survei Indometer dilakukan terhadap 1.200 responden di seluruh provinsi yang dipilih secara acak bertingkat survei. Wawancara dilaksanakan secara tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan COVID-19 dengan margin of error survei sekitar 2,98 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini