Sebelum menggunakan nama Pak Edi/Edy, penjual tahu gimbal dulunya menggunakan nama masing-masing. Tapi sekitar tahun 2018, para penjual tiba-tiba serentak menggunakan nama yang sama.
"Kalau nggak pakai nama Pak Edi katanya nggak laku. Mereka juga nggak laporan dulu ke saya. Saya biarkan karena yang membedakan citra rasa," imbuhnya.
Menurut lelaki kelahiran Kota Semarang ini bumbu kacang sebagai taburan tahu gimbal begitu khas. Sehingga banyak pelanggan sampai artis yang mampir mencicipi tahu gimbal buatannya.
Dalam sehari, Edy mengatakan bisa menjual sebanyak 200 porsi dari pukul 12.00-22.00 WIB. Jika hari libur panjang tiba dan banyak wisatawan yang berkunjung ke Kota Semarang. Tahu gimbalnya bisa terjual lebih banyak lagi.
Baca Juga:Sosok Dokter Mufidah Kembali Muncul di Stadion Jatidiri,Tapi Tidak Sebagai Tim Medis PSIS Semarang
"Yang saya ingat pameran kian santang pernah ke sini. Artis-artis sebenarnya banyak tapi saya nggak pernah merhatiin," katanya.
Piagam apresiasi dari Japanese Inspired Brand adalah bukti lapaknya sebagai pelopor. Selain itu, Edy juga mengatakan lapaknya pernah diliput stasiun televisi pada tahun 2009.
"Dulu saya bikin resepnya eksperimen, anak-anak sudah saya ajarin. Target saya ya biasa aja, karena rezeki udah ada yang ngatur," cetusnya.
Tahu Gimbal Pak Edi Asli
Sumber kedua yang mengklaim sebagai pelopor yakni warung dengan nama "Tahu Gimbal Pak Edi Asli". Posisinya berada diujung kiri samping SMKN 7 Kota Semarang.
Baca Juga:Lagi Gacor-gacornya, PSIS Semarang Justru Tak Bawa Vitinho Lawan Bhayangkara FC
Adi Setiadi selaku pemilik generasi ketiga menuturkan lapak tahu gimbalnya sudah sejak dulu bernama Edi. Ayahnya yang bernama Marlan yang memberikan nama tersebut. Rupanya nama Edi itu berasal dari nama sang kakek.