SuaraJawaTengah.id - Sebagai penghubung Kota Semarang atas dan bawah, tanjakkan gombel setiap harinya tak pernah sepi dilalui kendaraan.
Terlepas dari itu, tanjakkan gombel juga menyimpan cerita urban legend. Bahkan masyarakat Kota Semarang dari mulut ke mulut menyebut tanjakkan gombel markasnya hantu 'wewe gombel'.
Konon, meme gombel inilah yang jadi biang kerok banyaknya kendaraan yang kecelakaan saat melintasi tanjakkan gombel tersebut.
Ketua Komunitas Semarang Angker (Semarangker) Pamuji Yuono ingin meluruskan terkait nama tanjakkan gombel itu bukan berasal dari nama hantu.
Baca Juga:Ini Daftar Susunan Pemain PSIS Semarang vs Madura United, Gali Freitas Jadi Kapten Tim
"Nama gombel itu karena di daerah situ dulunya ada gerakan operasi militer belanda. Masyarakat awam mungkin taunya gombel itu hantu wewe gombel," ucap lelaki yang akrab disapa Pamuji saat dihubungi Suara.com, Sabtu (16/12/23).
Sebelum diperlebar jadi dua arah, dulu banyak kecelakaan di tanjakkan gombel. Tapi Pamuji membatah penyebab kecelakaan disana disebabkan oleh wewe gombel.
"Orang itu paling enak nyalahin demit ya, uang hilang bilangnya dicuri tuyul, padahal diambil anaknya. Terus usaha sepi karena digangguin orang. Dunia ghoib itu ada, tapi harus disikapi dengan bijak," imbuhnya.
Menurut Pamuji penyebab kecelakaan di jalanan yang menanjak banyak faktornya. Salah satunya kondisi kendaraan dan jam terbang sang supir.
Mengingat sebelum adanya jalan tol, tanjakkan gombel merupakan jalan satu-satunya penghubung ke Semarang atas. Jadi banyak kendaraan besar seperti truk-truk melintas di kawasan tersebut.
Baca Juga:Ini Prediksi PSIS Semarang vs Madura United, Pertandingan Bakal Berjalan Alot?
Sementara itu, berdasarkan penuturan pemerhari sejarah Johanes Christiono nama gombel sendiri tidak ada kaitannya dengan hantu wewe gombel atau gerakan operasi militer Belanda.
Johanes menyebut nama gombel sudah ada di peta Kota Semarang sebelum zaman peperangan. Dia punya bukti foto dan peta daerah gombel sudah ada 1930an.
"Dulu banyaknya kecelakaan karena kondisi jalan yang menanjak dan menurun. Entah rem blong atau kendaraan yang tidak kuat menanjak," kata Johanes.
Dulu memang jalan gombel hanya satu arah. Kemudian Belanda membuat jalan baru di sebelah timur. Sekarang jalan gombel baru untuk tanjakkan, sedangkan jalan gombel lama difungsikan untuk turunan.
"Saya tegaskan sesuai dengan bukti di peta sampai sekarang tidak kuburan di sekitar tanjakkan gombel. Yang ada hanya altar tolak bala," ucapnya.
Di bangunnya altar itu sendiri dengan alasan supaya para pengendara yang lewat selamat. Karena di altar itu ada sebuah tulisan berupa doa dalam bahasa mandarin.
"Di Altar tolak bala itu terdapat tulisan Amituofo, aman dan damai. Dibangun kira-kira tahun 1970an," tukasnya.
Kontributor : Ikhsan