SMRC Ungkap Politik Uang Tak Berjalan Efektif di Pemilu 2024, Ini Alasannya

Politik uang masih sering dilakukan untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat. Namun demikian rupanya praktik kotor tersebut mulai tak bisa diterapkan pada pemilu 2024 ini

Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 22 Desember 2023 | 07:33 WIB
SMRC Ungkap Politik Uang Tak Berjalan Efektif di Pemilu 2024, Ini Alasannya
Ilustrasi. Politik uang masih sering dilakukan untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat. Namun demikian rupanya praktik kotor tersebut mulai tak bisa diterapkan pada pemilu 2024 ini. (Shutterstock)

SuaraJawaTengah.id - Politik uang masih sering dilakukan untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat. Namun demikian rupanya praktik kotor tersebut mulai tak bisa diterapkan pada pemilu 2024 ini. 

Hal itu berdasarkan data Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC). Adanya strategi politik uang yang digunakan oleh sejumlah tokoh yang mengikuti Pemilu 2024 tidak mudah untuk bisa berjalan efektif dan cenderung mahal karena dampaknya yang tidak sebanding dengan ekspektasi.

"Politik uang ini kecenderungannya menurut saya kenapa jadi heboh, ini yang sebetulnya efektivitasnya itu hanya satu dari 10 kasus. Itu karena mereka tidak tahu persis, siapa yang betul-betul bisa dipengaruhi, siapa dan di mana," kata pendiri SMRC Saiful Mujani dikutip dari ANTARA pada Kamis (22/12/2023).

Saiful menuturkan vagwa politik uang sulit untuk berjalan dengan efektif karena para peserta pemilu tidak mengetahui secara pasti siapa dan di mana (by name by address) orang yang mendukung mereka setelah menerima uang atau hadiah yang telah disalurkan.

Baca Juga:Cerita Juru Kunci Makam Ki Ageng Pandanaran Mulai Sibuk Sambut Caleg Ziarah di Musim Kampanye

Berdasarkan hasil survei yang SMRC lakukan dalam periode Oktober—November 2023 secara nasional, diketahui setidaknya politik uang kemungkinan hanya dapat efektif pada satu dari 10 kasus.

Hal tersebut membuktikan jika politikus ingin mendapatkan setidaknya satu suara, politik uang perlu disebar kepada 10 orang. Ketidakpastian itulah, katanya, yang membuat politisi membutuhkan dana dalam jumlah besar untuk melakukan kampanye selama masa pemilu berlangsung.

"Akibatnya adalah para pelaku politik uang ini, dia akan menghambur-hamburkan uangnya. Jadi, mahal, itu yang membuat pemilu mahal," ujarnya.

Menurut dia, alasan lain politik uang tidak berjalan efektif yakni disebabkan oleh pilihan yang ditentukan oleh masyarakat dalam kotak pemungutan suara, tidak dapat diketahui oleh para calon, serta pernyataan tokoh yang mengatakan masyarakat dapat menerima uang tersebut tanpa harus memilih dirinya.

Ia menyebutkan profil orang yang sering kali terpengaruh dan rentan oleh politik uang lebih besar terjadi pada perempuan, warga yang tinggal di perdesaan, berpenghasilan rendah, berpendidikan rendah, dan berusia di atas 55 tahun.

Baca Juga:Gelombang Laut Tinggi, TNI/Polri Bantu Pengiriman Logistik Pemilu 2024 ke Pulau Karimunjawa

"Orang itu cenderung perempuan karena sosial ekonomi, seperti yang sering didiskusikan, perempuan lebih sering kesulitan ekonomi dibanding laki-laki. Ini 'kan jadi rentan terhadap serbuan politik uang, itu orang tua juga kasihan sekali dibegitukan," ucapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini