SuaraJawaTengah.id - Kaligrafi menjadi hiasan dinding yang cukup populer dari masyarakat yang beragama muslim. Biasanya hiasan bertuliskan ayat-ayat suci dari Al Quran itu dibuat dari bahan ukiran kayu, atau cetakan tembaga.
Namun tidak dengan warga Banjarnegara ini. Ia menggunakan lem tembak sebagai bahan dasar membuat kaligrafi.
Dia adalah Hidayatussalam. Melalui tangannya, lem tembak mampu menghasilkan karya seni kaligrafi yang indah.
Pria yang menggeluti kaligrafi sejak menjadi santri di Tegalrejo, Magelang ini menekuni usaha pembuatan kaligrafi dari rumahnya di Desa Situwangi, Kecamatan Rakit, Banjarnegara.
Baca Juga:Ini Jadwal Azan Magrib Kota Semarang dan Sekitarnya 24 Maret 2024, Lengkap dengan Doa Buka Puasa
Proses pembuatan kaligrafi ini cukup sederhana. Mula-mula ia menyiapkan papan triplek yang kemudian ditempel dengan kain beludru sebagai latar belakang kaligrafi.
Jika sudah terpasang rapi, ia akan membuat pola di atas kain beludru menggunakan kapur. Usai pola dirasa sempurna, proses selanjutnya adalah pengeleman.
Dengan teliti, Hidayatussalam melekatkan lem tembak sesuai pola yang sudah ia buat sebelumnya. Tak menunggu waktu lama, lem yang sudah membentuk pola tersebut ditempeli lembaran foil warna yang diinginkan.
Kemudian, foil tersebut digosokkan tepat diatas pola. Seketika, rangkaian huruf arab yang semula transparan berubah menjadi berwarna mengkilap nan cantik.
"Setelah ini tinggal merapikan sisa lem yang menempel, kemudian pemasangan pigura," kata dia, Rabu (27/3/2024).
Baca Juga:Tradisi Ramadan 'Semaan Al Quran' di Masjid Agung Semarang Masih Diminati Masyarakat Luar Kota
Hidayatussalam mengaku, membuat kaligrafi sudah menjadi hobinya sejak dulu. Kemudian ia menekuninya dan menjadi bisnis kaligrafi.
Dalam sehari, ia mampu memproduksi 50 kaligrafi. Selama bulan Ramadhan, permintaan konsumen mengalami peningkatan dari hari biasa.
Untuk harga kaligrafi lem tembak buatannya dibanderol mulai dari Rp70 ribu sampai Rp7 juta.
"Beragam harganya, kalau secara umum itu mulai dari Rp70 ribu sampai Rp7 juta bahkan lebih tergantung ukuran dan kerumitan,"jelasnya.
Sementara untuk pemasaran, ia memanfaatkan media sosial agar dapat menjangkau pasar lebih luas. Sejauh ini, kaligrafi buatannya sudah sampai ke berbagai daerah seperti Jakarta, Jambi, Medan, dan Semarang.
"Banyak, ada dari Medan, Jambi, Jakarta juga sering, kemudian Semarang. Paling sering itu kaligrafi ayat kursi dan ayat seribu dinar. Kalau sholawat itu paling sering yang sholawat nariyah," tuturnya.
Kontributor : Citra Ningsih