Waspada! Wonogiri dan Rembang Rawan Terjadi Kekeringan Parah, Ini Penjelasan BMKG

Sejumlah wilayah di Jawa Tengah harus mewaspadai terjadinya kekeringan, terutama pada puncak musim kemarau.

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 16 Juli 2024 | 07:51 WIB
Waspada! Wonogiri dan Rembang Rawan Terjadi Kekeringan Parah, Ini Penjelasan BMKG
ilustrasi kekeringan (Pexels/Pixabay)

SuaraJawaTengah.id - Tak hanya banjir saat musim hujan, bencana kekeringan juga rawan terjadi di Provinsi Jawa Tengah. Hal itu tentu harus diantisipasi oleh masyarakat di wilayah yang rawan terdampak.   

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani Semarang mengimbau sejumlah wilayah di Jawa Tengah untuk mewaspadai terjadinya kekeringan, terutama pada puncak musim kemarau.

Prakirawan BMKG Ahmad Yani Noor Jannah Indriyani, menjelaskan bahwa saat ini sudah musim kemarau, dan puncak kemarau tahun ini diperkirakan terjadi pada Agustus-September 2024.

"Untuk wilayah-wilayah yang memang langganan kekeringan ini untuk harap diwaspadai juga karena ini masuk ke puncak musim kemarau," katanya dikutip dari ANTARA pada Selasa (16/7/2024). 

Baca Juga:Jateng Geber Desa Antikorupsi, 372 Desa Jadi Target

Daerah-daerah yang harus waspada kekeringan, terutama di wilayah Pantai Selatan Jateng, seperti Kabupaten Wonogiri dan sekitarnya, kemudian pesisir utara, seperti Kabupaten Rembang.

"Wilayah-wilayah di pesisir selatan, seperti Wonogiri, kemudian di pesisir utara juga, seperti Rembang itu harap bersiap-siap untuk kekeringan," katanya.

Menurut dia, potensi wilayah yang mengalami kekeringan pada musim kemarau pada tahun ini masih sama seperti tahun sebelumnya sehingga diharapkan pemerintah daerah setempat sudah dilakukan langkah-langkah antisipasi.

"Bagi wilayah-wilayah yang memang langganan kekeringan di musim kemarau ini, imbauannya seperti tahun-tahun sebelumnya, mungkin untuk suplai air bersih berkoordinasi dengan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah)," katanya.

Artinya, kata dia, pemerintah daerah yang wilayahnya langganan mengalami kekeringan harus meningkatkan koordinasi untuk suplai air bersih, sebab tidak mungkin mengandalkan turunnya hujan.

Baca Juga:Marak Dugaan Piagam Palsu di PPDB Jawa Tengah, Yoyok Sukawi Minta Kemendikbudristek Evaluasi

Meski saat musim kemarau ini juga masih beberapa kali turun hujan, Noor mengatakan bahwa hujan yang terjadi sifatnya lokal dan biasanya terjadi di daerah dengan topografi tinggi, seperti pegunungan.

Beberapa daerah di Jateng juga sudah bersiap menghadapi kemarau, seperti di Kabupaten Pati yang telah menyiapkan anggaran kebencanaan sebesar Rp500 juta untuk mengantisipasi kekeringan.

Sejauh ini, sudah ada satu desa di Pati, yakni Desa Tambahagung, Kecamatan Tambakromo yang mengajukan bantuan distribusi air bersih karena mengalami kekeringan.

Pengalaman tahun lalu, desa yang terdampak kekeringan mencapai 94 desa yang tersebar di 10 kecamatan, termasuk di Desa Donorejo, Kecamatan Tayu yang masih memiliki vegetasi cukup banyak.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini