5 Fakta Menarik Tradisi Jamasan Keris di Malam 1 Suro, Penuh Makna Bukan Klenik Belaka

Malam 1 Suro, tradisi Jawa: jamasan keris bukan sekadar ritual mistis, tapi perawatan pusaka bernilai seni, sejarah, & spiritual. Refleksi diri & warisan budaya.

Budi Arista Romadhoni
Kamis, 12 Juni 2025 | 09:10 WIB
5 Fakta Menarik Tradisi Jamasan Keris di Malam 1 Suro, Penuh Makna Bukan Klenik Belaka
Ilustrasi keris menjadi hal yang sakral bagi orang jawa. [Freepik.com/EyeEM]

SuaraJawaTengah.id - Malam 1 Suro bagi masyarakat Jawa bukan sekadar malam tahun baru penanggalan Jawa. Bagi para pelestari budaya dan pecinta pusaka, malam ini punya makna spiritual dan historis yang dalam. Salah satu tradisi yang masih lestari hingga kini adalah jamasan keris, ritual mencuci atau membersihkan keris.

Dikutip dari kanal YouTube Keris Story, berikut 5 fakta yang menarik dan mengungkap makna di balik tradisi ini:

1. Jamasan Keris: Antara Mistis dan Makna Simbolik

Jamasan sering disalahartikan sebagai kegiatan mistis atau klenik. Padahal, menurut Mas Syed, seorang dosen dan kolektor keris, jamasan memiliki fungsi nyata: merawat, membersihkan, dan menyucikan pusaka dari korosi atau karat.

Baca Juga:Peringatan 1 Suro di Candi Borobudur, Mengembalikan Nilai Sakral

Keris diperlakukan bukan sebagai benda sakral semata, melainkan sebagai warisan budaya yang memiliki nilai artistik dan historis tinggi.

2. Mengapa Dilakukan di Bulan Suro?

Secara turun-temurun, institusi keraton seperti Keraton Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta menyelenggarakan jamasan keris di bulan Suro.

Bulan ini dianggap waktu yang tepat untuk refleksi dan penyucian, sejalan dengan filosofi tahun baru Jawa: memulai lembaran baru, baik bagi manusia maupun pusakanya.

Namun, menurut Mas Syed, tidak ada keharusan bahwa jamasan hanya bisa dilakukan di bulan Suro. “Kalau keris sudah kotor atau mulai berkarat, ya segera dibersihkan, jangan tunggu Suro,” ujarnya.

Baca Juga:Tradisi Malam Satu Suro di Sungai Tugu Suharto Semarang Masih Dijalankan Hingga Kini

Artinya, nilai kebersihan dan perawatan keris lebih penting daripada sekadar mengikuti waktu.

3. Tidak Harus Diwarangi, Banyak Metode Alternatif

Banyak orang mengira jamasan harus dilakukan dengan “warangan”—proses kimia menggunakan larutan arsenik untuk menonjolkan pamor (pola) pada bilah keris. Padahal, ada banyak metode yang lebih ramah logam.

Beberapa kolektor menggunakan air kelapa, air dari tujuh mata air, atau air bunga tujuh rupa. Bahkan untuk karat ringan, cukup menggunakan penghapus pensil! Metode sederhana ini tidak merusak struktur logam, tetapi tetap efektif menghilangkan korosi ringan.

4. Filosofi Wangi-Wangian: Bukan Sekadar Aroma

Minyak anti karat yang digunakan untuk mengawetkan keris sering dicampur dengan minyak aroma seperti cendana, melati, atau lavender. Ternyata ini bukan hanya untuk bau semata.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak