7 Pelajaran Berharga dari Buya Yahya tentang Adab Berdoa

Adab berdoa (mengangkat tangan) sunnah, bukan wajib. Doa tetap sah walau tanpa mengangkat tangan. Jaga kehalalan rezeki. Jangan kaku dan saling menghakimi. Islam itu luwes.

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 08 Juli 2025 | 17:03 WIB
7 Pelajaran Berharga dari Buya Yahya tentang Adab Berdoa
Ilustrasi berdoa. Freepik/Garakta Studio

Kadang kita merasa risih ketika aturan negara atau instansi tidak sesuai dengan yang kita anggap "sunnah". Namun, Buya Yahya mengingatkan agar kita tidak kaku dan tetap bijak.

“Kadang-kadang jangan terlalu kaku. Tidak mungkin negara itu melarang (angkat tangan) kecuali sedang lomba upacara.”

Beliau juga mengajak untuk tidak saling menyalahkan, apalagi kepada guru atau kepala sekolah yang mungkin belum mendapat ilmu agama secara mendalam. Tugas kita adalah maklum, bukan menghukum.

5. Kombinasikan Adab Islam dan Kedisiplinan Negara

Baca Juga:Dear Calon Presiden 2024, Ini Tips dari Buya Yahya Cara Bisa dapatkan Hati Rakyat, Doakan yang Terbaik untuk Lawannya?

Salah satu nasihat menarik dari Buya Yahya adalah bagaimana kita bisa mengombinasikan adab Islam dan aturan negara dalam situasi seperti upacara.

“Cara berdiri, mengatur barisan, itu semua bisa dikombinasikan. Bahkan mirip dengan shalat yang barisannya harus rapi.”

Pesan ini menekankan bahwa Islam itu fleksibel selama tidak melanggar prinsip dasar syariat.

6. Kalau Hanya Himbauan, Tak Perlu Terlalu Ditegangkan

Terkadang aturan untuk tidak mengangkat tangan saat berdoa hanyalah himbauan, bukan larangan resmi. Dalam hal ini, Buya menyarankan untuk bersikap santai dan tetap berdoa dengan cara yang benar, tidak perlu membuat kegaduhan atau protes berlebihan.

Baca Juga:Blackpink Bakal Manggung Perdana di Arab Saudi, Buya Yahya Beri Respon: Nggak Pantas!

“Kalau himbauan, langgar ya nggak apa-apa. Tapi kalau aturannya tidak bisa dibantah, ya jangan mengangkat tangan.”

Yang penting adalah tetap menjaga kekhusyukan dalam doa dan tidak membuat kegaduhan di tempat umum.

7. Jangan Menghukum Mereka yang Belum Belajar

Buya menutup dengan kalimat yang sangat bijak: bahwa kita tidak boleh terlalu cepat menghakimi orang lain yang belum belajar agama.

“Kalau tempatnya belum mengerti, gurunya tidak pernah ngaji, ya sudah maklumilah. Jangan ditentang.”

Pesan ini sangat dalam. Menjadi muslim bukan hanya soal amalan pribadi, tapi juga soal bagaimana kita memuliakan orang lain dalam proses belajar mereka.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak