Angka Kemiskinan Jateng Anjlok! BPS Ungkap 5 Faktor Kunci di Baliknya

BPS merilis data terbaru angka kemiskinan di Jawa Tengah per Maret 2025 yang menunjukkan penurunan signifikan. Sebanyak 337,64 ribu orang berhasil keluar dari garis kemiskinan

Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 25 Juli 2025 | 19:22 WIB
Angka Kemiskinan Jateng Anjlok! BPS Ungkap 5 Faktor Kunci di Baliknya
Ilustrasi kemiskinan. [Freepik]

SuaraJawaTengah.id - Angin segar berhembus dari Jawa Tengah. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data yang menunjukkan penurunan signifikan angka kemiskinan di provinsi ini. Dalam setahun terakhir, ratusan ribu warga Jateng berhasil terlepas dari jerat kemiskinan, sebuah pencapaian yang patut diapresiasi.

Penurunan ini tidak terjadi begitu saja, melainkan hasil dari serangkaian kebijakan dan kondisi ekonomi yang membaik. Laporan resmi BPS per Maret 2025 menjadi bukti nyata upaya pemerintah dan berbagai pihak dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Penasaran dengan rinciannya? Berikut adalah 5 fakta kunci di balik turunnya angka kemiskinan di Jawa Tengah yang dirangkum Suara.com.

1. Ratusan Ribu Orang Terentas dari Kemiskinan

Baca Juga:Menengok Kemiskinan di Jateng, Pengamat Soroti Kepemimpinan Ganjar Jelang Debat Pilpres: Yang Miskin, Masih Miskin

Ilustrasi kemiskinan (Freepik/jcomp)
Ilustrasi kemiskinan (Freepik/jcomp)

BPS mencatat jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah (Jateng) per Maret 2025 mengalami penurunan sebesar 0,99 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan persentase ini setara dengan 337,64 ribu orang yang berhasil keluar dari kategori miskin.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS Jawa Tengah, Endang Tri Wahyuningsih, memaparkan data konkretnya. "Jumlah penduduk miskin per Maret 2025 sebanyak 3,37 juta orang atau 9,48 persen," ujarnya. Angka ini menunjukkan perbaikan yang menggembirakan. "Turun dibanding Maret 2024 yang mencapai 3,7 juta orang," tambah Endang.

2. Kesenjangan Kemiskinan Kota dan Desa Masih Terlihat

Ilustrasi kemiskinan ekstrem di Kota Industri, Bontang. [Ist]
Ilustrasi kemiskinan ekstrem di Kota Industri, Bontang. [Ist]

Meskipun secara keseluruhan menurun, data BPS masih menunjukkan adanya disparitas atau perbedaan angka kemiskinan antara wilayah perkotaan dan perdesaan. Angka kemiskinan di perdesaan tercatat sedikit lebih tinggi dibandingkan di perkotaan.

Menurut data, jumlah penduduk miskin di perdesaan mencapai 9,92 persen, sementara di perkotaan berada di angka 9,10 persen. Jika dirinci, jumlah penduduk miskin di perkotaan turun dari 1,84 juta orang pada Maret 2024 menjadi 1,75 juta orang pada Maret 2025.

Baca Juga:Penduduk dengan Kemiskinan Ekstrem di Kota Semarang Masih 2.000 Orang, Ini yang akan Dilakukan Pemerintah

Sementara di perdesaan, angkanya turun dari 1,87 juta orang menjadi 1,62 juta orang pada periode yang sama.

3. Garis Kemiskinan Rumah Tangga Ikut Turun

Potret keluarga miskin. [ANTARA]
Potret keluarga miskin. [ANTARA]

BPS juga merilis data mengenai Garis Kemiskinan (GK), yaitu gambaran nilai rata-rata rupiah minimum yang harus dikeluarkan oleh sebuah rumah tangga agar tidak dikategorikan miskin. Untuk Jawa Tengah, rata-rata rumah tangga miskin memiliki 4,40 orang anggota.

Dengan komposisi tersebut, garis kemiskinan per rumah tangga miskin rata-rata adalah sebesar Rp2.366.373 per bulan. Menariknya, angka ini juga mengalami penurunan.

"Garis kemiskinan per rumah tangga miskin turun 3,72 persen jika dibanding periode Maret 2024 yang mencapai Rp2.281.505 per bulan," kata Endang. Sebagai catatan, penduduk miskin adalah mereka yang rata-rata pengeluaran per kapita per bulannya berada di bawah garis kemiskinan tersebut.

4. Pertumbuhan Ekonomi Jadi Salah Satu Pendorong Utama

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak