SuaraJawaTengah.id - Siapa yang tidak suka makanan penutup atau dessert? Sepotong kue manis atau cupcake yang lembut seringkali menjadi penutup hari yang sempurna.
Namun, di balik kelezatannya, bayang-bayang kalori, gula berlebih, dan rasa bersalah kerap menghantui. Fenomena inilah yang coba dijawab dalam sebuah acara inspiratif di Semarang.
Sebanyak 40 anak muda tampak antusias mengolah adonan di acara Cooking Class bertajuk “Healthy Cupcake for a Better Life”, Sabtu (19/7/2025).
Diinisiasi oleh Ratu Faiza Nabila, mahasiswi Humas Universitas Diponegoro, yang berkolaborasi dengan UMKM lokal Senirasa Kue Forever, acara ini bukan sekadar kelas masak biasa. Ini adalah sebuah gerakan untuk mengubah stigma bahwa dessert selalu identik dengan tidak sehat.
Baca Juga:Polisi Periksa Dua Tersangka Kasus Perundungan PPDS Undip Semarang
Ancaman Gula Berlebih dan Tren Gaya Hidup Sehat
![Mahasiswi Humas Universitas Diponegoro yang berkolaborasi dengan UMKM lokal Senirasa Kue Forever pada acara Cooking Class bertajuk “Healthy Cupcake for a Better Life”, Sabtu (19/7/2025). [Istimewa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/26/92010-mahasiswa-undip.jpg)
Kekhawatiran akan konsumsi gula memang beralasan. Data Total Diet Study 2014 menunjukkan rata-rata konsumsi gula tambahan orang Indonesia mencapai 25–45 gram per hari, melebihi batas aman 25 gram yang direkomendasikan WHO.
Bahkan, 11,8% penduduk tercatat mengonsumsi lebih dari 50 gram gula setiap harinya, kebanyakan dari minuman kemasan dan camilan.
Dampaknya pun tidak main-main. Risiko penyakit tidak menular seperti obesitas dan diabetes terus meningkat, di mana data Riskesdas mencatat prevalensi diabetes di Indonesia sudah mencapai 10–11% sejak 2015.
Namun, kesadaran untuk hidup lebih sehat kini mulai tumbuh. Riset Innova Market Insights (2024) menemukan fakta menarik: 19% konsumen Indonesia mulai aktif beralih ke makanan rendah gula dan tinggi serat.
Baca Juga:Sudah 3 Bulan Berlalu, Kasus Perundungan Maut Mahasiswi Undip Belum Temukan Tersangka?
Ini membuktikan bahwa pasar untuk healthy dessert sangat potensial, terutama di kalangan usia 23–55 tahun.
“Dessert seharusnya bisa dinikmati tanpa rasa bersalah. Lewat kelas ini, kami ingin mengajak masyarakat lebih sadar akan dampak konsumsi makanan manis berlebihan terhadap kesehatan,” ujar Ratu Faiza Nabila, selaku penyelenggara acara.
Bongkar Rahasia Cupcake Lezat Tanpa 'Dosa'
![Mahasiswi Humas Universitas Diponegoro yang berkolaborasi dengan UMKM lokal Senirasa Kue Forever pada acara Cooking Class bertajuk “Healthy Cupcake for a Better Life”, Sabtu (19/7/2025). [Istimewa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/26/90894-mahasiswa-undip.jpg)
Lalu, bagaimana caranya membuat cupcake yang tetap lezat meski sehat? Para peserta kelas ini membongkar rahasianya secara langsung. Kuncinya terletak pada substitusi bahan.
Tepung terigu biasa diganti dengan tepung gandum utuh (whole wheat) yang lebih kaya serat.
Untuk rasa manis, gula pasir digantikan oleh pemanis alami yang lebih ramah bagi tubuh, seperti stevia, madu, atau erythritol yang kalorinya jauh lebih rendah.