- Diduga mabuk ciu sambil main HP, Mohammad Soleh menabrak pedagang di Jalan Pemuda Semarang.
- Eriko, teman yang hanya menumpang, ikut terluka parah dan terseret dalam pusaran masalah.
- Akibat perbuatannya, Soleh melakukan tindak pidana dan terancam hukuman 12 tahun penjara.
SuaraJawaTengah.id - Aspal Jalan Pemuda, Semarang, yang panas di bawah terik matahari pada Jumat (17/10/2025) siang, menjadi saksi bisu sebuah petaka.
Bukan perampokan atau pembunuhan, melainkan kejahatan yang lahir dari sebotol minuman keras jenis ciu yang diteguk oleh Mohammad Soleh (27). Kejahatan yang tak hanya merenggut ketenangan, tapi juga menyeret sahabatnya sendiri ke dalam pusaran masalah.
Kejadian ini bermula dari dalam sebuah mobil Daihatsu Sigra. Di balik kemudi, duduk Soleh, warga Mranggen, Demak.
Di sebelahnya, Eriko, teman yang tak menduga perjalanan singkat untuk menjemput kakak di Stasiun Poncol akan berakhir tragis.
Baca Juga:7 Fakta Menarik tentang Kisah dan Sejarah Simpang Lima Kota Semarang
Di bawah pengaruh alkohol, konsentrasi Soleh terbelah antara jalanan dan layar ponsel di tangannya.
Dalam hitungan detik, mobil itu menjadi proyektil tak terkendali. Oleng ke kiri, mobil itu menghantam lapak pedagang kaki lima di depan Kantor Pos Besar Johar.
Jerit pilu memecah keramaian saat seorang penjual meterai bernama Solehah terjepit di antara bodi mobil dan tembok pagar.
Dikutip dari Ayosemarang.com, warga yang marah nyaris menghakimi pelaku. Namun, amarah itu sedikit mereda saat melihat dua sosok keluar dari mobil dengan wajah berlumuran darah.
Eriko, sang penumpang, menjadi korban tak bersalah dari ulah temannya.
Baca Juga:Hasil Lengkap 76 IDH Urban 2025: M. Abdul Hakim Rajai Sirkuit Ekstrem Semarang
"Saya itu cuma suruh nemeni dia jemput kakaknya di Stasiun Poncol. Malah suruh ikut ganti rugi," keluh Eriko, suaranya tercekat menahan sakit dan kekecewaan.
Ia dan Soleh terlempar ke depan saat benturan terjadi. "Mobil itu nggak ada sabuk pengamannya," ungkapnya.
Pengakuan di Bawah Sadar dan Jerat Hukum Maksimal
Saat petugas tiba di lokasi perkara, bukti kejahatan Soleh tak bisa dimungkiri. Bau alkohol yang pekat menguar dari mulutnya, matanya sayu, dan langkahnya sempoyongan.
Tanpa perlawanan, ia mengakui dosanya di hadapan aparat.
"Kulo ngunjuk (saya minum), ciu. Saya lihat HP terus oleng ke kiri nabrak," kata Soleh dengan pasrah.