Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Senin, 19 Oktober 2020 | 14:37 WIB
Juri relawan pemakaman jenazah Covid-19 saat menyiapkan malam di TPU Jatisari (Suara.com/Dafi Yusuf) 

SuaraJawaTengah.id - Suka duka menjadi relawan pemakaman jenazah Covid-19 di TPU Jatisari kerap dirasakan Juri, lelaki berumur 73 tahun warga Sumber Mulyo, Kelurahan Jatisari, Kota Semarang.

Laki-laki tua berkulit hitam itu tak pernah mengeluh meski tak mendapatkan gaji. Sampai saat ini, ia sudah memakamkan sekitar 250 jenazah Covid-19.

Meski umur tak lagi muda, Juri tak pernah mengeluh. Setiap kali ada jenazah Covid-19 yang harus dimakamkan, ia selalu siap meski waktunya tengah malam.

"Sejak pertama jenazah Covid-19 dimakamkan, saya sudah jadi relawan. Sampai hari ini, jadi saya tau dari awal sampai sekarang itu ceritanya seperti apa," jelasnya, Senin (19/10/2020).

Baca Juga: Budayawan Asal Tegal Luncurkan Buku Berjudul ''Kandha Tanda''

Saat ini, Juri hanya mengandalkan pesangon dari keluarga jenazah untuk menafkahi keluarga. Namun, tak jarang ia harus ikhlas bertugas tanpa dibayar, lantaran keluarga jenazah tak memberi uang pesangon.

"Kalau dikasih pesangon Alhamdulillah, kalau tidak dikasih juga nggak papa, pokoknya saya ikhlas" katanya.

Agar tak boros, ketika waktu istirahat Juri terpaksa pulang ke rumah untuk makan siang maupun makan malam. Seingatnya, dulu untuk makan pernah disediakan namun sekarang tak pernah diberi.

"Lumayan ngirit kalau pulang ke rumah. Kan rumanya lumayan dekat," ucapnya.

Meski begitu, Juri mengaku sering lupa makan lantaran jenazah yang dimakamkan lumayan banyak. Beberapa kali  jenazah yang datang juga bersamaan. Dalam sehari, rata-rata ia memakamkan tiga sampai enam jenazah.

Baca Juga: 8 Bulan Masa Pandemi, Begini Suka Duka Penggali Kubur Jenazah Covid-19

"Kalau jenzah Covid-19 yang datang bersamaan bisa lupa makan," imbuhnya.

Bahkan, seringkali Juri terpaksa begadang sampai subuh untuk menunggu jenazah yang bakal dikuburkan. Menurutnya, jenazah Covid-19 yang diantar oleh pihak rumah sakit rata-rata ketika tengah malam.

"Rata-rata rumah sakit itu ngantarnya ketika tengah malam, kalau tidak ya saat dini hari," terangnya.

Karena sering memakamkan jenazah Covid-19, Juri mengaku sempat mimpi memakamkan jenazah Covid-19. Saat itu memakamkan banyak jenazah.

"Sampai terbawa mimpi malahan. Saat itu saya seperti mengubur banyak jenazah," ucapnya sambil tertawa.

Meski sudah memasuki usia senja, keluarga Juri mendukung apa yang dilakukannya. Malahan, seringkali Juri menjadi sumber informasi setiap kali ada mobil ambulan yang datang ke TPU Jatisari.

"Keluarga mendukung, tak ada yang menjauhi saya karena saya serig memakamkan jenazah Covid-19. Malahan banyak yang bertanya kepada saya," katanya.

Setelah selesai pemakman jenazah Covid-19 Juri pun tidak lepas tangan, ia tetap membersihkan maupun memperbaiki jika ada makam yang rusak. 

Ia merasa hal tersebut telah menjadi tanggung jawabnya meski tidak dibayar. 

"Kemariin malam ada makam yang amblas karena hujan, akhirnya saya perbaiki," imbuhnya.


Juri relawan pemakaman jenazah Covid-19 saat menyiapkan malam di TPU Jatisari (suara.com/Dafi Yusuf) 

Kontributor : Dafi Yusuf

Load More