Kejam! Ini Kisah Denis Ditinggal Ibu Kandungnya Karena Difabel

Denis terlahir dengan kondisi tidak sempurna, malang hidupnya, sang ibu meninggalkan denis karena kondisinya

Budi Arista Romadhoni
Minggu, 13 September 2020 | 12:43 WIB
Kejam! Ini Kisah Denis Ditinggal Ibu Kandungnya Karena Difabel
Saat Denis berjualan kacamata di Taman Sri Gunting Kota Lama Semarang, Jawa Tengah (Suara.com/Dafi Yusuf). 

SuaraJawaTengah.id - Denis Prastyo (29) merupakan seorang penyandang disabilitas atau difabel yang pantang menyerah. Di atas kursi roda, dengan cekatan Denis menata kacamata yang sedang ia jual di depan Taman Sri Gunting Kota Lama Semarang. 

Jika dilihat, Denis hanya bisa berjalan menggunakan kursi roda. Sementara, tangan kirinya sudah hilang sejak ia lahir. Dari kecil, Denis memang sudah defabel. 

Keadaan semakin buruk ketika ayah Denis meninggal, saat itu ia masih balita. Karena kondisi ekonomi yang buruk, Denis ditinggalkan ibunya yang menikah dengan lelaki lain. Sampai saat ini, Denis tak pernah tau seperti apa wajah ibu yang mengandungnya. 

Karena tak ada yang merawat, akhirnya Denis tinggal bersama pamannya meski beberapa tahun berselang ia dititipkan ke sebuah panti difabel ketika Denis berusia delapan tahun. Hal itu disebabkan karena pamannya tak sanggup membiayai hidupnya. 

Baca Juga:Duh, Warung Makan Bu Fat Jadi Klaster Penyebaran Covid-19

"Saat itu saya dititipkan di sebuah panti difabel di Jogjakarta saat umur masih kecil. Seingat saya ketika tahun 1999," jelasnya kepada Suara.com, Minggu (13/9/2020). 

Mulai saat itu, Denis tumbuh di Jogjakarta. Pahit manis kehidupan ia lalu selama bertahun-tahun di Kota Pelajar itu. Tak terhitung lagi seberapa banyak ia mendapatkan perlakuan diskriminatif karena defabel. 

Hal itu pernah membuatnya frustasi karena kesulitan mencari pekerjaan. Apalagi, Denis hanya tinggal seorang diri. Meski telah bergabung di komunitas defabel, tak membuatnya menjadi mudah mendapatkan pekerjaan. Kebanyakan orang masih memandangnya sebagai orang yang lemah dan tak bisa apa-apa. 

"Iya, saya sempat frustasi, ketika sulit mendapatkan pekerjaan. Pada sinis melihat saya," katanya. 

Merasa sulit mendapatkan pekerjaan di Jogjakarta, Denis memutuskan untuk pindah ke Kota Semarang. Untuk sementara waktu tinggal bersama temannya yang mempunyai bisnis kacamata. 

Baca Juga:Relawan Tertular Corona, Dinkes Semarang: Diduga Karena Vaksin Itu Sendiri

Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, ia ikut menjual kacamata. Meski begitu, kacamata yang ia jual jarang yang beli. Dalam sehari, paling banyak hanya dua kacamata yang terjual. Satu kacamata, ia jual Rp50 ribu hingga Rp70 ribu.

"Saya biasanya jualan jam 7 pagi sampai jam 5 sore, tapi jarang yang beli," katanya. 

Dari satu buah kacamata yang terjual ia hanya untuk Rp4 ribu rupiah. Meski hanya sedikit, ia cukup bersyukur. Setidaknya sampai saat ini Denis tak pernah mengemis. Ia masih ingin berjuang tanpa meminta-minta. 

"Alhamdulilah saya tak pernah mengemis sampai saat ini saya masih ingin berusaha, untung ada teman saya yang membantu mencukupi kebutuhan sehari-hari" ucapnya. 

Dalam hati kecil, Denis ingin membuktikan kepada ibunya yang telah meninggalkannya bahwa ia bukan orang lemah. Suatu saat, Denis ingin melihat wajah ibu kandungnya dan memperlihatkan kesuksesannya. 

"Ya saya ingin melihat ibu saya, dan memperlihatkan kesuksesan saya suatu saat ini," ucapnya. 

Kontributor : Dafi Yusuf

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak