Kantor Wali Kota Semarang Akan Pindah ke Gunungpati, Semarang Tenggelam

Itulah yang digambarkan seniman lukis asal Kota Semarang, Andreas (70).

Ronald Seger Prabowo
Sabtu, 11 September 2021 | 14:14 WIB
Kantor Wali Kota Semarang Akan Pindah ke Gunungpati, Semarang Tenggelam
Andreas ketika menjelaskan makna dari lukisannya. [Suara.com/Dafi Yusuf]

Sementara itu, peneliti tata kelola air dan kota University of Amsterdam, Bosman Batubara mengatakan, ketergantungan pada air tanah relevan dengan pengelolaan banjir karena pengambilan air tanah yang berlebihan.

"Dari akuifer tertekan dapat menyebabkan terjadinya amblesan tanah (land subsidence)," jelasnya.

Menurutnya, amblesan tanah berdampak pada peningkatan risiko banjir. Banjir yang dimaksud adalah banjir lokal akibat curah hujan di satu lokasi melebihi kapasitas sistem drainase yang ada.

"Yang kedua yaitu banjir rob yang terjadi akibat aliran dari air pasang atau aliran balik dari saluran drainase akibat terhambat oleh air pasang," ujarnya.

Baca Juga:Sopir Truk Tangki Jadi Tersangka Kecelakaan Maut di Tembalang

Beberapa penyebab amblesan tanah selain pemanfaatan air tanah berlebihan adalah pembebanan bangunan, kompaksi (pemadatan) tanah aluvial, aktivitas tektonik.

Selain itu, pengerukan berkala yang dilakukan di Pelabuhan Tanjung Emas juga membuat sedimen di bawah Kota Semarang bergerak ke arah laut.

"Penyedotan air tanah berlebihan biasanya menyebabkan terjadi amblesan tanah dalam skala luas sedangkan pembebanan bangunan menyebabkan amblesan yang lebih lokal," katanya.

Beberapa daerah yang masih memakai air tanah di Semarang yaitu, Pandean Lamper, Siwalan, Sambirejo, Kangtempel, Rejosari, Lamper Lor, Lamper Kidul dan Lamper Tengah.

Menanggapi hal itu, Sekertaris Daerah (Sekda) Kota Semarang, Iswar Aminuddin mengatakan, persoalan penurunan muka tanah sebenarnya sudah terjadi sejak tahun 1980-an. Untuk itu, dia menghimbau agar masyarakat tak usah panik.

Baca Juga:PSIS Semarang Siapkan Bonus Besar Jika Kalahkan Persija Jakarta

"Persoalan penurunan permukaan tanah ini memang sudah terjadi kisaran tahun 1980-an," jelasnya beberapa waktu yang lalu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini