Dari situlah kemudian tokoh masyarakat merasa prihatin terhadap regenerasi anak muda karena kondisi lingkungan hidup tidak nyaman.
"Kemudian timbul satu tekad yang luar biasa, masyarakat setempat bagaimana supaya mewujudkan cita-cita menjadikan kawasan yang indah," ungkap Muhlasin.
Berbagai cara pendekatan melalui laporan kepada bhabinkamtibmas dan babinsa sudah dilakukan supaya menghalau anak-anak tidak nongkrong. Tetapi keesokan harinya terjadi lagi.
"Maka akhirnya mempunyai keinginan bagaimana itu bisa hilang sendiri. Dimulai dengan pendataan identifikasi masalah, semua kita susun," tuturnya.
Lambat laun, bantaran rel mulai dibersihkan dan dibikin taman secara swadaya. Sewaktu itu kalau dinilai secara investasi diperkirakan menghabiskan ratusan juta.
Karena mulai dari persiapan lahan kemudian membangun dan membikin taman dan memelihara, karena tekad yang kuat sehingga ini bisa dilaksanakan.
"Kita lakukan kerja bakti mulanya di RW 4. Sehingga rel yang ada sekitar 210 meter kurang lebih, dibagi menjadi 7 RT, masing-masing RT mempunyai kewajiban untuk mengelola itu," kata dia.
Pola Pikir
Hanya butuh waktu kurang dari satu tahun bisa mengubah pola pikir masyarakat. Kemudian keberhasilan itu yang mampu mendorong masyarakat untuk terus peduli.
Baca Juga:Berkat EWS Tenaga Hybird, Tambak Aming di Kampung Laut Cilacap Kini Selamat dari Luapan Banjir Rob
Dengan adanya taman, kenakalan remaja akhirnya hilang dengan sendirinya. Kemudian perlahan mindset masyarakat bisa berubah.