SuaraJawaTengah.id - Bencana hidrometereologi mengancam hampir seluruh wilayah di Provinsi Jawa Tengah (Jateng) pada tahun 2023 di masa cuaca ekstrem. Potensi bencana hidrometereologi ini disebabkan oleh tingginya curah hujan yang diprakirakan melebihi rata-rata atau melebihi batas normal.
BMKG Stasiun Klimatologi Semarang memprediksi puncak musim penghujan untuk wilayah Jateng terjadi pada bulan Februari 2023. Prakiraan cuaca ini juga disertai dengan peringatan potensi bencana hidrometereologi, seperti banjir, banjir bandang, rob, dan tanah longsor.
Menanggapi hal ini, Wakil Ketua DPRD Jateng Heri Pudyatmoko meminta masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana tersebut. Masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya juga disarankan untuk menyesuaikan diri dengan prakiraan cuaca dari BMKG.
Lebih lanjut, Heri juga meminta pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk meningkatkan optimalisasi fungsi infrastruktur sumber daya air pada wilayah urban atau yang rentan terhadap banjir.
Baca Juga:Blunder Warganet Ini Dinilai Jadi Bukti Gibran Sudah Cocok Jabat Gubernur Jawa Tengah
Optimalisasi ini mulai dari penyiapan kapasitas yang memadai pada sistem drainase, sistem peresapan dan tampungan air, agar secara optimal dapat mencegah terjadinya banjir.
"Selain itu juga perlu dipastikan keandalan operasional waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya untuk pengelolaan curah hujan tinggi saat musim hujan dan penggunaannya di saat musim kemarau," katanya dari keterangan tertulis dikutip pada Selasa (28/2/2023).
Selain itu, ia juga mengimbau masyarakat yang tinggal di bantaran atau lembah sungai untuk waspada akan terjadinya banjir maupun banjir bandang. Demikian juga dengan masyarakat yang tinggal di daerah perbukitan atau pegunungan di saat hujan lebat.
"Maka sangat penting bagi masyarakat untuk mengenali anda-tanda akan terjadinya tanah longsor ataupun banjir dan banjir bandang," ucap Pimpinan DPRD Jateng dari Fraksi Partai Gerindra ini.
Kebersihan lingkungan dan kesehatan tubuh juga menjadi hal yang harus diperhatikan. Pasalnya bencana hidrometereologi yang berimbas pada banyaknya genangan air dapat membuat daya tahan tubuh seseorang lebih rentan terserang penyakit.
Baca Juga:Asik! 461 KK di Kebumen Tidak Gelap-gelapan Lagi, Dapat Sambungan Listrik Murah dari Ganjar
"Berbagai potensi penyakit perlu diwaspadai ketika terjadinya bencana. Misalnya influenza, demam berdarah, diare, Infeksi Saluran pernapasan Akut (ISPA), hingga leptospirosis akibat banjir. Maka pola hidup sehat harus diterapkan," ungkap Heri.
Lebih lanjut, Heri meminta semua pihak untuk mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi di sejumlah wilayah di Jateng akibat curah hujan di bawah normal. Bahkan hal ini juga dapat memicu kekeringan dan dampak lanjutannya berupa kebakaran hutan dan lahan.
Kesiapsiagaan BPBD Jateng
Sementara itu, BPBD Jateng mengaku sudah menyiapkan skema mitigasi atau pengurangan dampak bencana yang akan ditimbulkan di puncak musim penghujan. Komunikasi dan koordinasi dengan BPBD di masing-masing kabupaten/kota terus dilakukan guna menghadapi potensi bencana yang sewaktu-waktu akan terjadi.
"Jadi setelah ada kejadian (bencana) pada 31 Desember lalu itu mau ga mau BPBD Jateng sudah mencoba memaksikalkan potensi SDM yang kita miliki (termasuk SDM di masing-masing kabupaten/kota)," kata Kabid Penanggulangan Darurat BPBD Jateng, Dikki Rulli Perkasa.
Upaya mitigasi awal, BPBD Jateng terus melakukan komunikasi dan koordinasi dengan BMKG terkait prakiraan cuaca dan potensi bencana. Setelah mendapatkan informasi lalu dilakukan langkah-langkah mitigasi oleh BPBD di 35 daerah di Jateng.
"Nanti minimal ketika terjadi bencana dampaknya bisa kita tekan, masyarakat yang terdampak bisa tertolong dan terbantu biar segera bangkit," ungkap Dikki.
Kejadian bencana di sejumlah daerah di Jateng secara merata pada Desember 2022 lalu menjadi perhatian dan pembelajaran tersendiri. BPBD Jateng mengaku sudah siap siaga, mulai dari armada, petugas, dan logistik untuk penanganan bencana.
Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa 35 kabupaten/kota di Jateng rawan bencana. Bahkan daerah yang biasanya jarang terjadi bencana, pada akhir tahun 2022 lalu terdampak, misalnya Kabupaten Rembang yang terkena banjir dan longsor.
"Kalau semuanya sih sama ya, tidak ada daerah yang tidak aman. Jadi semua memiliki resiko sendiri-sendiri. Saat ini kondisi Jateng bagian selatan, bagian tengah, bagian utara, sudah siaga semua tergantung bagaimana potensinya," jelasnya.
Dikki meminta jajaran BPBD di masing-masing kabupaten/kota untuk bersiaga dengan segala potensi bencana yang terjadi di musim penghujan ini. Mulai dari banjir, tanah longsor, rob, pohon tumbang, dan kejadian merugikan lainnya.
"Bencana itu siapapun juga tidak pernah kenduga kapan akan terjadi. Dan lokasi daerah rawan bencana pasti sudah ada pemetaan terkait potensi ancaman bencana yang dimiliki," ucap Dikki.