SuaraJawaTengah.id - Pasien BPJS Kesehatan Sukendi, Warga Kota Semarang, tak menyangka pelayanan asuransi milik pemerintah itu terus mengalami peningkatan pelayanan. Bermodal smartphone dan sidik jari, ia kini bisa berobat.
Pria berusia 70 tahun itu mengaku dari tahun ke tahun pelayanan asuransi BPJS Kesehatan terus ditingkatkan.
Hal itu dirasakan Sukendi, karena setiap bulan harus melakukan pemeriksaan ke Klinik yang ada di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Kota Semarang.
"Tidak tersendat dan lebih mudah, berobat dari sebelum covid itu, setiap bulan control ke sini," katanya kepada Suara.com pada Rabu (3/7/2024).
Baca Juga:Patuhi Program JKN, BPJS Kesehatan Cabang Semarang Beri Penghargaan Sepuluh Badan Usaha
Sukendi mengungkapkan, sudah sekitar lima tahun terakhir harus rutin melakukan konsultasi ke dokter. Ia mengalami gangguan hipertensi yang membuatnya rutin melakukan pemeriksaan oleh dokter.
Namun demikian, ia mengaku beruntung karena terdaftar sebagai pasien BPJS Kesehatan. Jika tidak, Sukendi harus mengeluarkan biaya yang cukup tinggi untuk berobat setiap bulannya.
"Semua dicover BPJS, saya BPJS mandiri, setiap bulannya bayar sendiri sama istri dan ternyata bermanfaat. Kalau bayar sendiri bisa sampai Rp1 juta sekali periksa," ujarnya
Sementara itu, Humas Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum, Suko Dwi Nugroho S.I.Kom mengatakan sudah menerapkan pelayanan anjungan pendaftaran mandiri (APM) setelah sebelum Covid-19 melanda Indonesia.
Saat itu pelayanan pasien BPJS Kesehatan mengalami peningkatan. Agar antrean tidak terlalu Panjang dan tidak disalahgunakan, maka sistem fingerprint itu diterapkan.
"Sidik jari itu persyaratan identifikasi saja, jadi tanpa sidik jari, maka pasien tidak dikenal sebagai pasien BPJS. Sidik jari untuk memastikan pasien menggunakan haknya," ujarnya saat ditemui Suara.com.
Suko menyebut, dulu seringkali petugasnya menemukan pengguna asuransi bukan pemilik atau penerima yang asli. Dengan adanya sidik jari, kini data pasien pengguna BPJS Kesehatan juga semakin aman.
"Sekarang tidak bisa lagi, harus sesuai dengan sidik jarinya," ujarnya.
Humas RS Panti Wilasa Citarum itu menyebut, setidaknya sehari ada 1200 pasien BPJS yang harus dilayanani. Namun tidak semua menggunakan layanan APM.
"Pasien yang sudah terdaftar langsung dilayani, kalau yang masuk IGD belum bisa karena belum terdaftar, tetapi kita layani untuk pendaftaran sebagai pasien BPJS," ucapnya.
Wakil Direktur Pelayanan Medis dr. Tiurlan Sibarani menambahkan, adanya sistem fingerprint menurunkan Waktu tunggu para pasein BPJS. Apalagi kini sudah menerapkan layanan APM.