Pandangan Sains Mengenai Peristiwa Isra Mi'raj: Sebuah Tinjauan Ilmiah

Isra Mi'raj, perjalanan Nabi Muhammad SAW ke Masjidil Aqsa dan langit, adalah mukjizat. Sains mencoba menjelaskan melalui fisika & relativitas

Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 04 Januari 2025 | 09:01 WIB
Pandangan Sains Mengenai Peristiwa Isra Mi'raj: Sebuah Tinjauan Ilmiah
Ilustrasi Isra Miraj di Masjidil Aqsha di Yerusalem. (ilustrasi pixabay)

SuaraJawaTengah.id - Peristiwa Isra Mi'raj yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW, yang melibatkan perjalanan malam dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsha di Yerusalem (Isra) dan kemudian kenaikan beliau ke langit (Mi'raj), merupakan salah satu mukjizat terbesar dalam sejarah Islam.

Meskipun peristiwa ini bersifat spiritual dan metafisik, banyak ilmuwan dan ahli sains yang mencoba memberikan penjelasan mengenai fenomena ini berdasarkan perspektif ilmiah dan teori-teori sains modern.

Isra: Perjalanan Malam yang Mungkin Secara Ilmiah

Perjalanan Isra Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Yerusalem dalam satu malam tentu saja menimbulkan berbagai pertanyaan dari sisi ilmiah.

Baca Juga:Jelang Pergantian Tahun, BMKG Peringatkan Potensi Rob dan Gelombang Tinggi di Pesisir Selatan Jawa Tengah

Dari perspektif fisika dan teknologi transportasi modern, perjalanan sejauh itu dapat dilakukan dengan pesawat terbang dalam waktu singkat, bahkan dengan kecepatan yang melebihi kapasitas transportasi pada masa itu.

Namun, penjelasan secara ilmiah tidak dapat menjelaskan fenomena yang terjadi dalam rentang waktu yang singkat seperti yang diceritakan dalam hadis-hadis terkait Isra.

Menurut beberapa ahli fisika seperti Prof. Husin Alatas, perjalanan tersebut masih menjadi misteri, karena sains modern belum dapat memberikan penjelasan tentang fenomena metafisik seperti perjalanan yang melibatkan dimensi ruang dan waktu.

Walaupun demikian, beberapa ilmuwan berpendapat bahwa perjalanan tersebut mungkin bisa melibatkan suatu teknologi atau fenomena alam yang belum diketahui oleh umat manusia pada waktu itu.

Mi'raj: Kenaikan Nabi ke Langit

Baca Juga:Profil Paus Gregorius XIII: Sosok di Balik Penciptaan Kalender Masehi

Mi'raj, yaitu kenaikan Nabi Muhammad SAW ke langit, adalah bagian dari peristiwa Isra Mi'raj yang sering kali menjadi bahan perbincangan ilmuwan.

Dari sudut pandang ilmiah, kenaikan melalui lapisan atmosfer atau ruang angkasa tentu saja menimbulkan berbagai spekulasi. Beberapa ilmuwan berusaha menjelaskan Mi'raj dengan pendekatan teoritis yang lebih berorientasi pada konsep ruang-waktu dan dimensi ekstra, berdasarkan teori relativitas umum oleh Albert Einstein.

Teori relativitas mengungkapkan bahwa ruang dan waktu dapat melengkung atau terdistorsi oleh benda-benda dengan gravitasi besar, yang pada dasarnya memungkinkan bentuk perjalanan yang tidak sepenuhnya dipahami.

Sains belum dapat membuktikan bahwa fenomena Mi'raj adalah suatu perjalanan fisik melalui dimensi ruang yang lebih tinggi. Oleh karena itu, Mi'raj lebih sering dipandang dalam konteks spiritual dan tidak dapat sepenuhnya dipahami dengan teori ilmiah.

Penjelasan Metafisik dalam Pandangan Sains

Sains modern mengakui bahwa banyak fenomena alam, terutama yang melibatkan dimensi spiritual dan metafisik, berada di luar jangkauan pengetahuan ilmiah.

Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa peristiwa Isra Mi'raj adalah salah satu contoh fenomena yang tidak dapat dijelaskan secara logis melalui sains, dan karenanya harus diterima sebagai bagian dari keyakinan agama.

Dalam hal ini, ilmu pengetahuan dan keyakinan agama mungkin berjalan di jalur yang terpisah, dengan sains terbatas pada pengetahuan duniawi, sementara peristiwa-peristiwa seperti Isra Mi'raj adalah bagian dari wahyu ilahi yang mengandung makna dan hikmah spiritual.

Peristiwa Isra Mi'raj di Luar Jangkauan Ilmu Pengetahuan

Meskipun sejumlah ilmuwan dan pemikir mencoba untuk menganalisis dan menginterpretasikan peristiwa Isra Mi'raj melalui berbagai pendekatan ilmiah, banyak aspek dari kejadian ini tetap berada di luar jangkauan pengetahuan ilmiah yang ada saat ini.

Fenomena seperti ini lebih baik dipahami dalam konteks spiritual dan metafisik, yang sering kali melibatkan keyakinan iman.

Oleh karena itu, meskipun sains dapat memberikan beberapa spekulasi mengenai dimensi ruang dan waktu, Isra Mi'raj tetap menjadi fenomena yang lebih mengarah pada ranah keagamaan dan harus diterima sebagai bagian dari wahyu ilahi yang tidak dapat dibuktikan dengan metode ilmiah konvensional.

Kontributor : Dinar Oktarini

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini