Misteri Entjik Minah yang Makamnya di Tengah Kampung Padat Kota Magelang

Makam misterius Entjik Minah berada di gang sempit Kampung Tukangan Wetan, bekas kompleks pemakaman. Identitasnya belum diketahui pasti, kemungkinan dari Sumatera

Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 07 Maret 2025 | 10:42 WIB
Misteri Entjik Minah yang Makamnya di Tengah Kampung Padat Kota Magelang
Lokasi makam Entjik Minah di tengah permukiman padat, kampung Tukangan Wetan, Kota Magelang. (Suara.com/ Angga Haksoro Ardhi).

SuaraJawaTengah.id - Ganjil rasanya menemukan sebuah makam berada di gang sempit, di tengah permukiman warga yang padat. Kisah kubur Entjik Minah yang penuh misteri.    

Keberadaan pusara bertegel putih, dengan bunga pacar air merah darah yang tumbuh di tengahnya, terlihat asing dari situasi sekitar. Makam Entjik Minah seolah menyepi dari hiruk suasana Pasar Rejowinangun, Kota Magelang.

Menggembol rasa penasaran, kami masuk gang Kampung Tukangan Wetan yang hanya cukup dilalui dua sepeda motor berpapasan. Bekal kami rasa penasaran: Siapa Entjik Minah? Darimana asalnya? Mengapa makamnya ada di tengah permukiman warga?

“Nggak tahu ya. Entjik Minah mungkin dari Sumatera. Dari Aceh mungkin. Nggak tahu itu asal usulnya,” kata Endang Retno, warga sekitar makam Entjik Minah.

Baca Juga:Retret Kepala Daerah, Gubernur Paling Kaya Sherly Tjoanda Tampil Anggun Berseragam Loreng

Info dari pedagang sepatu di mulut gang mengantar kami pada Endang Retno, orang asli kampung sini. September besok, usianya menginjak 74 tahun.

Sebagai salah satu orang sepuh Tukangan Wetan, Endang lumayan paham sejarah kampung ini. “Jadi dulu kampung ini namanya Gelindingan. Sekarang Tukangan Wetan.”

Endang mengaku lahir di kampung ini. Papanya peranakan Tionghoa asal Solo, mamaknya dari Ambarawa.

Saat clash Belanda kedua tahun 1948, keluarga Endang Retno mengungsi ke Kota Magelang. Tidak hanya menghindari serangan tentara Belanda, mereka juga menyelamatkan nyawa dari amuk massa pribumi yang euforia setelah berhasil merebut kemerdekaan.

Pada masa itu orang-orang Tionghoa sering jadi sasaran tuduhan antek Belanda. Mereka dituding tidak mendukung kemerdekaan dan membantu upaya para “londo” untuk kembali menjajah Indonesia.   

Baca Juga:Usai Dilantik Presiden Prabowo, 47 Kepala Daerah Absen Retreat Tanpa Keterangan

Keluarga Endang Retno salah satu yang ditampung di kampung Glindingan (sekarang Tukangan Wetan). Komunitas Tionghoa yang saat itu sudah mapan, ditambah banyaknya tangsi militer, membuat warga keturunan merasa aman eksodus ke Kota Magelang.

Saat mereka tiba di Glindingan, rintisan kampung sudah terbentuk. Di atas lahan yang dulu katanya bekas kompleks pemakaman. “Katanya dulu bekas kuburan. Itu nama Glindingan saya juga kurang tahu. Tapi saya dari lahir memang di sini.”

Kampung Bekas Makam

Keterangan bahwa kampung Glindingan berdiri di lahan bekas pesarean, dikuatkan oleh keterangan Andy Setiawan. Pemilik nama Tionghoa, Theng Tiong Hwie itu 3 tahun lebih tua dari Endang Retno.

Mirip kisah Endang dengan Andy Setiawan. Keluarga papa dan mamaknya juga mengungsi ke Kota Magelang karena lari menghindari amukan warga pribumi saat agresi militer kedua Belanda tahun 1948.

“Papa sama mamak saya lahir di sana (Balak, Pakis). Saya lahir di Balak. Dibawa ke sini saat tahun clash itu.”

Menurut Andy, saat kampung hendak dibangun, makam-makam di sini dibongkar dan dipindah. Tersisa beberapa makam yang entah karena alasan apa tetap dipertahankan.

Sepengetahuan Andy, selain makam Entjik Minah ada 4 makam lainnya yang masih berada di tempat semula. Makam-makam itu bahkan sekarang berada di dalam rumah atau toko.

Makam Mbah Glinding yang kemungkinan besar pepunden kampung Glindingan, menjadi satu dengan bangunan toko kain terkenal di kawasan Pasar Rejowinangun.          

Dua atau 3 makam lainnya dipertahankan di belakang toko yang menjual makanan oleh-oleh. “Masih ada. Lha wong itu dipiara kok. Jadi diopeni gitu lho. Ini dulu semua kuburan. Jadi yang nggak dipindah makam Entjik Minah sama di belakang toko itu. Makam Mbah Glinding.”

Selain makam Entjik Minah yang berada di luar bangunan, satu-satunya jalan akses menuju makam lainnya harus melewati toko. Kami mencoba meminta izin masuk ke salah satu toko.

Pelayan mengaku tidak tahu bahwa di dalam tokonya terdapat makam tua. “Ini tacik sama koko lagi pergi keluar. Nggak tahu juga kalau ada makam di belakang.”   

Siapa Entjik Minah?

Identitas Entjik Minah sedikit terbuka melalui keterangan Andy Setiawan. Meleset dari dugaan kami yang semula mengira Entjik Minah keturunan Tionghoa, Andy justru yakin dia datang dari Sumatera.

“Entjik itu dari Sumatera to biasanya. Bukan Chinese. Entjik Minah itu wedok (perempuan),” kata Andy.

Dari penelusuran bahan bacaan di dunia maya, kami menemukan nama Entjik Hasnah. Dia wanita Palembang pertama yang menduduki jabatan camat pada tahun 1951.

Namun belum dapat dipastikan apakah nama entjik merupakan nama umum yang disandang oleh perempuan Palembang.  

Satu-satunya identitas Entjik Minah yang dapat dilihat hanya dari nama yang tertera pada nisan kuburnya. Padahal makam sudah dipugar oleh Andy Setiawan sekitar tahun 1976.

Pemugaran dilakukan Andy saat ia masih bujangan. Kala itu dia dipercaya menjadi Kepala Rukun Kampung (RK) Tukangan Wetan.

Dia mendapat tugas untuk membangun jalan gang Tukangan Wetan yang semula masih tanah. “Waktu jaman saya jadi Ketua RK (rukun kampung) saya kan membangun jalan dari sana sampai sini.”

Tapi akibat pengurukan jalan, posisi makam Entjik Minah jadi lebih rendah dari tinggi jalan. Bersama seorang warga lainnya, Andy berinisiatif menguruk makam sehingga tingginya sejajar dengan jalan.

Jadi posisi nisan makam yang asli berada beberapa meter di bawah bangunan kuburan sekarang.

“Makamnya di bawah itu (nisan sekarang). Nggak saya apa-apakan, cuma saya tinggikan biar sejajar sama jalan. Saya nggak mau bongkar.”

Menurut Andy, nisan asli makam Entjik Minah sama seperti kijing Jawa pada umumnya. Sayang dia tidak menyebutkan keterangan identitas yang biasanya tertera pada nisan makam.

Hanya Andy sering menyebut nama Aminah setiap kali menjelaskan soal makam Entjik Minah. Apakah nama yang tertulis pada nisan asli adalah Aminah, bukan Minah?    

“Kijingnya batu. Bentuknya kijing orang Jawa itu. Nggak saya apa-apakan. Saya nggak berani mengapa-apakan. Cuma saya buat kotakan, terus saya uruk gesik (pasir).”

Biaya menguruk dan memugar makam Entjik Minah sebesar Rp75 ribu, ditanggung patungan Andy bersama salah seorang warga. “Saya Rp50 ribu, bapaknya Vika itu Rp25 ribu. Kalau jaman sekarang bisa (setara) Rp750 ribu kalau membuat seperti itu.”

Makam Keramat

Menurut Andy keberadaan makam dipertahankan karena tidak ada yang berani memindahkan. Bahkan bentuk bangunan rumah disebelahnya menyesuaikan posisi makam.

Makam Entjik Minah dianggap kuburan keramat. Dulu banyak orang datang untuk berziarah. Ada juga yang iseng meminta nomer togel.

“Dianggap keramat. Nggak ada yang berani (memindah). Itu makam bersih terus to. Kalau makam nggak ada yang merawat pasti nggak karuan. Yang merawat entah siapa saja nggak ngerti. Mungkin orang yang suka datang kesitu. Nggak ada yang berani mindah.”

Kampung Tukangan Wetan merupakan hasil pemekaran kampung Tukangan yang semakin dipadati penduduk pada permulaan abad XX.

Hal itu dijelaskan dalam buku “Toponim Kota Magelang” yang diterbitkan Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2018.

Nama Tukangan diambil dari banyak warganya yang bekerja sebagai tukang batu dan tukang bangunan. Letaknya yang dekat dengan perkampungan etnis Tionghoa, menunjukkan peran Tukangan dalam perekonomian.

Sekitar Oktober tahun 1929, kampung Tukangan dilanda wabah pes yang pada masa itu merupakan penyakit menular yang mematikan. Tukangan diisolasi selama 1 bulan untuk mencegah penularan.

Ratusan orang mati akibat wabah pes ini. Apakah Entjik Minah salah satu korban yang tidak selamat dari serangan pagebluk?

Pertanyaan ini akan terus menggantung. Seperti tanda tanya yang belum terjawab, siapa sebenarnya penghuni makam misterius di gang sempit itu.    

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini