Viral Mural One Piece di Sragen Dihapus Aparat, Netizen: Negara Demokrasi Tapi Berekspresi Dibatasi

Mural One Piece di Sragen dihapus aparat, picu polemik kebebasan berekspresi. Warganet kritik pembatasan, anggap simbol fiksi tak perlu ditakuti, solusi dialogis.

Budi Arista Romadhoni
Rabu, 06 Agustus 2025 | 07:11 WIB
Viral Mural One Piece di Sragen Dihapus Aparat, Netizen: Negara Demokrasi Tapi Berekspresi Dibatasi
Tangkapan layar video detik-detik mural bergambar one piece dihapus aparat. [Instagram/@icws_infocegatanwilayahsragen]

SuaraJawaTengah.id - Sebuah mural bertema One Piece yang menggambarkan bendera bajak laut Straw Hat Pirates ditemukan di sebuah jalan kampung di Dukuh Ndayu, Desa Jurangjero, Kecamatan Karangmalang, Sragen.

Mural tersebut langsung dihapus oleh aparat tak lama setelah fotonya ramai beredar di media sosial, salah satunya dari akun Instagram @icws_infocegatanwilayahsragen.

Kasus ini menambah daftar panjang polemik seputar kebebasan berekspresi di ruang publik, terutama ketika menyangkut simbol-simbol dari budaya populer.

Meski sekilas tampak sebagai bagian dari kecintaan terhadap karakter anime, reaksi aparat terhadap mural ini menuai pro dan kontra di kalangan warganet.

Baca Juga:Praktik Prostitusi di Gunung Kemukus Sragen Terungkap, Ritual Seks Hidup Lagi?

“Bikin geger warga mural One Piece di Sragen langsung dihapus petugas,” tulis akun tersebut. 

Mural bergambar bendera One Piece yang menampilkan simbol tengkorak memakai topi jerami telah menjadi fenomena tersendiri dalam beberapa minggu terakhir.

Banyak anak muda dan penggemar anime yang mengibarkan bendera ini di berbagai sudut kota, bahkan di tiang bendera di halaman rumah atau kendaraan pribadi mereka.

Bagi mereka, itu bukan sekadar fandom, tapi juga bentuk kesenangan, identitas, bahkan semangat petualangan dan kebebasan ala Luffy dan kawan-kawan.

Fenomena ini muncul menjelang peringatan Hari Kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia pada 17 Agustus 2025, di mana nuansa nasionalisme biasanya menguat di ruang publik.

Baca Juga:Unggah Momen Sarapan Bareng Emak-emak di Sragen, Instagram Ganjar Pranowo Diserbu Netizen

Dalam konteks ini, kehadiran simbol bendera fiksi dianggap sebagian kalangan sebagai tidak tepat waktu dan berpotensi menimbulkan kesalahpahaman.

Pemerintah desa maupun aparat keamanan menganggap kemunculan simbol bajak laut, meski fiktif, dapat memunculkan interpretasi negatif.

Dalam beberapa kasus, simbol ini bahkan dianggap bisa menyinggung semangat nasionalisme atau menggantikan simbol negara.

Reaksi Netizen: Demokrasi vs Interpretasi Negara

Langkah aparat yang langsung menghapus mural tersebut menuai kritik dari banyak warganet. Di kolom komentar unggahan @icws_infocegatanwilayahsragen, beberapa pengguna media sosial mempertanyakan keputusan tersebut.

"Yang katanya negara demokrasi tapi berekspresi dibatasi. Oh iya btw, sekelas pemerintah takut sama cerita fiksi kah?" tulis salah satu akun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak