Merasa putus asa, Lingsir bersama kedua saudaranya yang tersisa memutuskan mencari pertolongan kepada praktisi pengobatan supranatural.
“Sudah banyak kejadian menimpa kami. Sakit, sembuh, sakit lagi, lewat pengobatan jalur itu (supranatural). Sampai titik mereka sudah tidak sanggup.”
Menurut dr Wulan, setelah “diberesi” Lingsir dan kedua saudaranya tidak perlu menggunakan lagi penangkal-penangkal gaib. Sia-sia saja menggunakan jasa dukun, malah menghabiskan banyak uang.
Kasus yang dialami Lingsir sulit dijelaskan secara medis. Dokter bisanya akan mendiagnosanya sebagai gejala psikis biasa.
Baca Juga:Magelang Bergemuruh! Ada Nobar Timnas Indonesia U-23 vs Uzbekistan Serentak di 17 Kelurahan
“Kalau secara kedokteran (diagnosa) begitu. Maka nanti kalau dari kedokteran pasti dipandang ini tidak logis. Tapi kalau dari sisi kegaiban, ini memang ada,” ujar dr Wulan.
Selama seminggu menjalani pemulihan di Pertapaan Hyang Agung, kondisi Lingsir dan kedua saudaranya dipantau setiap pagi.
“Setiap pagi kami periksa masih hidup atau nggak. Proses kami ‘beresinya’ kan malam. Hari kedua sampai seminggu tanpa ‘pemagaran’ dan yang aneh-aneh, ternyata Lingsir dan adiknya selamat sampai sekarang.”
Metode pemulihan yang digunakan Pertapaan Hyang Agung adalah mengajarkan mengenal Yang Maha Kuasa melalui penerimaan kenyataan.
“Hidupmu itu lho. Jangan ke khayalan lagi. Impian, cita-cita, harapan. Itu semua khayal. Butuh kekuatan untuk menerima kenyataan. Nah itu bisa didapatkan di sini (pertapaan).”
Baca Juga:Merapal Doa di Gua Maria Grabag, Terbuka untuk Semua Agama
Tunduk Kehendak Yang Kuasa