SuaraJawaTengah.id - Meski sudah memasuki musim kemarau, sejumlah wilayah di Jawa Tengah masih berpotensi diguyur hujan dengan intensitas tinggi.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, terdapat tiga kabupaten di Jawa Tengah (Jateng) yakni Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara, berstatus waspada curah hujan tinggi pada dasarian kedua bulan Juni 2025.
“Dalam surat bernomor e.B/KL.00.02/017/KBB2/VI/2025 tentang Peringatan Dini Cuaca dan Iklim Provinsi Jawa Tengah Periode Dasarian II Juni 2025, Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah II disebutkan bahwa curah hujan di tiga kabupaten berstatus waspada itu berkisar 150–200 milimeter per dasarian,” kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Teguh Wardoyo, di Cilacap dikutip dari ANTARA, Rabu (11/6/2025).
Tingginya curah hujan di wilayah tersebut berpotensi menimbulkan dampak bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor, khususnya di kawasan yang memiliki kontur tanah labil dan dekat aliran sungai.
Baca Juga:Sering Dikaitkan Media Pesugihan, Ini 5 Mitos Burung Tekukur: Pembawa Rezeki dan Keberuntungan?
Masyarakat diminta untuk meningkatkan kewaspadaan dan memperhatikan perkembangan informasi cuaca dari BMKG secara berkala.
Selain ketiga wilayah tersebut, Teguh juga mengungkapkan bahwa sejumlah kabupaten lain di Jateng juga berpotensi mengalami curah hujan tinggi pada tanggal 11–13 Juni 2025.
Meskipun hujan tidak akan merata, namun intensitasnya dapat bersifat sporadis dan tetap berpotensi menimbulkan gangguan aktivitas masyarakat.
Ia menyebutkan bahwa wilayah-wilayah yang berpotensi terjadi curah hujan tinggi pada periode 11–13 Juni antara lain Kabupaten Magelang, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Sragen, Grobogan, Blora, Rembang, Pati, Kudus, Jepara, Demak, Semarang, dan Temanggung.
Menurut Teguh, kondisi cuaca tersebut dipengaruhi oleh anomali suhu permukaan laut perairan Indonesia yang hingga saat ini masih dalam keadaan hangat.
Baca Juga:Burung Perkutut dalam Tradisi Jawa: Sering Dikaitkan dengan Simbol Kedekatan dengan Alam Gaib
Keadaan tersebut berpotensi meningkatkan pembentukan awan hujan dan memperbesar kemungkinan terjadinya hujan di beberapa wilayah yang seharusnya mulai memasuki musim kemarau.
“Hasil monitoring indeks Indian Ocean Dipole (IOD) dan El Nino–Southern Oscillation (ENSO) periode dasarian ketiga bulan Mei 2025 menunjukkan indeks IOD berada pada kategori Netral dan diprediksi akan tetap berada pada fase Netral hingga semester kedua tahun 2025,” katanya.
Selain itu, kata Teguh, Indeks ENSO juga dalam kategori Netral dan diprediksi akan tetap berada pada fase Netral hingga semester kedua tahun 2025.
Ia menambahkan bahwa anomali suhu permukaan laut di wilayah Nino 3.4 juga berada pada fase Netral dan diperkirakan akan bertahan hingga November 2025.
“Anomali suhu permukaan laut perairan Indonesia periode Juni hingga November 2025, secara umum diprediksi akan didominasi oleh kondisi Normal hingga anomali positif atau lebih hangat, dengan kisaran nilai antara 0,5 hingga dua derajat Celcius,” katanya.
BMKG melalui BBMKG Wilayah II juga melaporkan bahwa dari total 54 Zona Musim (ZOM) di Jawa Tengah, sebanyak lima zona telah memasuki musim kemarau. Lima ZOM tersebut mencakup wilayah-wilayah di utara dan timur laut Jateng.