Membangun Energi di Banjarnegara, Bukti Kehidupan di Desa Tetap Menyala

Energi menjadi sumber kehidupan manusia saat ini, di Banjarnegara terdapat energi biogas yang gratis diberikan kepada masyarakat

Budi Arista Romadhoni
Rabu, 01 September 2021 | 09:41 WIB
Membangun Energi di Banjarnegara, Bukti Kehidupan di Desa Tetap Menyala
Lampu petromak dari energi gas kotoran sapi saat menyala [Suara.com/Citra Ningsih]

Fahrudin bersama teman teman peternak sapi di desa yang mempunyai julukan 'kampung silembu' itu mulai mengolah limbah menjadi gas sejak 2013 lalu. Hal itu bermula ketika Fahrudin memulai mencoba beternak sapi.

Fahrudin harus menjual sepeda motor untuk tambahan biaya membeli sapi pertamanya. "Saya dulu sampai jual motor buat beli sapi," kata dia, Selasa (31/8/2021). Kemudian ia dengan peternak sapi di desanya membuat kelompok dan mengembangkan usahanya.

Selang delapan tahun, sapi yang dikelola bersama kini berjumlah 37 ekor, 12 ekor sapi perah dan 25 ekor sapi potong.

"Dari jumlah itu, gas yang dihasilkan bisa digunakan untuk 17 rumah termasuk punya saya. Awalnya baru 11 rumah, kemarin tambah 6 rumah. Idealnya, tiga ekor sapi gasnya buat satu rumah,"

Baca Juga:VIRAL LAGI Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono Sebut Gus Dur Picek Alias Buta

Selama ini, limbah kotoran sapi hanya dimanfaatkan sebagai pupuk. Sementara peternak sapi didesanya tak banyak yang memiliki kebun atau sawah. Sehingga, ia lebih memilih untuk mengolah kotoran sapi menjadi gas. Menurutnya, sumber daya gas saat ini lebih dibutuhkan untuk kehidupan sehari hari.

Sapi yang dimanfaatkan kotorannya untuk sumber daya gas terbarukan dan ramah lingkungan (Suara.com / Citra Ningsih)
Sapi yang dimanfaatkan kotorannya untuk sumber daya gas terbarukan dan ramah lingkungan (Suara.com / Citra Ningsih)

"Setiap hari butuh untuk memasak, harga gas kan lumayan,"ujar dia.

Untuk menghasilkan gas alami, Fahrudin menyiapkan tempat untuk menampung kotoran dengan kapasitas 20 kubik. Penampung tersebut terpendam dalam tanah persis dibawah kandang sapi. Sehingga ia cukup menyapu kotoran setiap pagi dan sore kedalam lubang yang sudah disediakan.

Kemudian, gas akan keluar melalui pipa paralon yang sudah dipasang ke rumah warga setiap harinya. "Dari awal menaruh kotoran untuk bisa jadi gas butuh waktu 15 hari, tapi karena ini sudah berjalan lama jadi setiap hari bisa menghasilkan gas," jelas dia.

Fahrudin menyebut gas dari kotoran sapi relatif aman dan minim ledakan meski menggunakan instalasi sederhana. Kendalanya, sambungnya, hanya pada aliran gas yang kadang kecil ketika digunakan saat bersama sama.

Baca Juga:Potret Haru dan Gembira Siswi SMP di Banjarnegara Kembali ke Sekolah

Susah Membawa Berkah"Ini yang disebut susah membawa berkah, susahnya harus bangun malem malem untuk masak dan berkahnya bisa menghemat gas LPG," ungkap Waryati (58) salah satu pengguna biogas di Desa Karang Jambe. Ia memaklumi bahwa untuk menghemat dirinya harus berjuang dengan memasak di tengah malam.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak