Ajarkan Islam Toleran, Qaryah Thayyibah Tak Sediakan Kursi dan Seragam Sekolah

Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah atau KBGT tak memberikan fasilitas bangku Seperti sekolah pada umumnya

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 19 Oktober 2021 | 17:54 WIB
Ajarkan Islam Toleran, Qaryah Thayyibah Tak Sediakan Kursi dan Seragam Sekolah
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) atau Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (KBGT). [Suara.com/Dafi Yusuf]

SuaraJawaTengah.id - "Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah atau KBGT tak memberikan fasilitas bangku Seperti sekolah pada umumnya. Rutinitas yang hanya di dalam kelas, doktrin semi militer seperti berseragam dan baris-berbaris terkadang hanya membuat bosan"

Jangan kaget jika siswa di KBGT beda dengan siswa pada umumnya, karena sistem maupun aturan-aturan yang ada di sekolah tersebut dibuat berdasarkan kesepakatan antar siswa sendiri dengan difasilitasi para pendamping.

Setelah beberapa lama melihat kegiatan belajar para siswa, tiba-tiba ada seorang perempuan yang memanggil Saya dari kejauhan.

"Mas-mas cari Pak Udin ya," tanya perempuan itu dari kejauhan.

Baca Juga:Detik-detik Ketua MUI Kecelakaan di Tol Semarang, Sopir Truk yang Terlibat Tabrakan Kabur

Dari kejauhan, kami juga melihat seorang pria berambut gondrong yang sudah sedikit memutih itu juga melihat kami.

Awalnya, Saya tak tau yang dimaksud perempuan itu adalah Pak Udin yang ternyata Ketua Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Qaryah Thayyibah Ahmad Bahruddin.

Setalah bertemu, kami diajak masuk ke rumah Pak Udin. Jika dilihat, rumah tersebut penuh dengan sertifikat penghargaan dan juga piala yang hampir memenuhi dindingnya.

Ia pun menjelaskan konsep belajar di PKBM. Tak seperti sekolah pada umumnya, sekolah alternatif Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah mempunyai gedung yang didesain mirip dengan sanggar yang membuat para siswa lebih bebas.

Desain tersebut memang disengaja untuk memberi ruang bagi para siswa agar bisa berekspresi dan inovasi ketika belajar di tempat tersebut.

Baca Juga:Ketua Umum MUI Miftachul Akhyar Kecelakaan di Tol Semarang-Salatiga, Mengalami Luka-luka

Sekolah alternatif ini berdiri pada tahun 2003 dengan konsep yakni sekolah berbasis komunitas atau desa (Community Based Schooling) di Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga.

Jika dilihat, para siswa yang belajar di KBGT tak berseragam. Mereka menggunakan pakaian berbeda-beda ketika belajar. Hal itulah yang justru membuat para siswa bisa lebih berekspresi sesuai dengan keinginanya.

"Bagaimana mengenali lingkungan sendiri, itu yang mempunyai perbedaan mendasar KBGT dengan pendidikan formal saa ini," jelas Pak Udin saat ditemui Suara.com Rabu (13/10/2021).

Ketua Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Qaryah Thayyibah Ahmad Bahruddin. [Suara.com/Dafi Yusuf]
Ketua Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Qaryah Thayyibah Ahmad Bahruddin. [Suara.com/Dafi Yusuf]

Pendidikan Formal yang Jauh dari Harapan

Pak Udin mengklaim, pendidikan formal sudah jauh di persimpangan jalan, karena pada kenyataanya kadar kemandirian peserta didik itu semakin tercerabut dari lingkungannya sendiri.

"Semakin pintar malah semakin cepat larinya dari desanya sendiri, karena tak dikenalkan dengan desanya sejak awal," keluhnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak