Ajarkan Islam Toleran, Qaryah Thayyibah Tak Sediakan Kursi dan Seragam Sekolah

Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah atau KBGT tak memberikan fasilitas bangku Seperti sekolah pada umumnya

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 19 Oktober 2021 | 17:54 WIB
Ajarkan Islam Toleran, Qaryah Thayyibah Tak Sediakan Kursi dan Seragam Sekolah
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) atau Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (KBGT). [Suara.com/Dafi Yusuf]

Menurutnya, pendidikan formal saat ini lebih beertumpu pada dunia industri dan kerja yang menurutnya kesalahan awal di dunia pendidikan.

"Seharusnya tujuannya ke konteks kehidupan di lingkungan sekitar sehingga dia berfikir mengelola lingkungannya sendiri," ujarnya.

Belajar Toleransi

Selain itu, Pak Udin juga mengembangkan pendidikan dasar berbasis toleransi yang diajarkan di KBGT. Setiap siswa diwajibkan untuk saling menghargai dan memaafkan.

Baca Juga:Detik-detik Ketua MUI Kecelakaan di Tol Semarang, Sopir Truk yang Terlibat Tabrakan Kabur

"Asusmsinya, siapapun yang disamping anda punya potensi untuk berkolaborasi kalau semakin beragam malah semakin bagus," imbuhnya.

Jika ada 10 teman yang bermacam-macam kecerdasaanya, lanjutnya, itu mesti bahagia karena punya peluang yang sangat besar kolaborasi untuk saling mengisi.

"Itu dasar-dasar toleransi sehingga ketemu hal yang berbeda termasuk keyakinan justru akan semakin menguatkan untuk tujuan masyarakat yang adil dan makmur, itu prinsip toleransi sudah kita terapkan di lingkup sekolah," imbuhnya.

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) atau Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (KBGT). [Suara.com/Dafi Yusuf]
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) atau Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (KBGT). [Suara.com/Dafi Yusuf]

Hidup dari Pertanian

Selain mengajarkan toleransi di dunia pendidikan, Qaryah Thayyibah juga mengimplementasikan toleransi pada bidang yang lain, salah satunya adalah persoalan pertanian.

Baca Juga:Ketua Umum MUI Miftachul Akhyar Kecelakaan di Tol Semarang-Salatiga, Mengalami Luka-luka

"Ada satu kelompok tani di getasan peternak babi karena mendapatkan perlakuan kurang adil dari penguasa dan masyarakat akhirnya kami bela," kata pria yang pernah mendapatkan penghargaan Maarif Award di bidang toleransi 2012 yang lalu.

Meski membela, dia juga menyarankan agar peternak babi tersebut limbahnya dikelola dan dimanfaatkan sebagai energi terbarukan dan dikelola untuk menjadi pupuk.

"Artinya, ketika dikelola dengan baik, problem itu jadi terselesaikan," ucapnya.

Sejak saat itu, kedua belah pihak yang dirugikan jadi sama-sama senang karena tak lagi mencemari. Menurutnya, hal itulah salah satu sebab yang membuatnya mendapatkan penghargaan Maarif Award di tahun 2012.

"Qaryah Toyyibah sudah lazim terjadi sinergitas kita sudah sering dilakukan termasuk kepada orang yang berbeda keyakinan, bahkan pimpinannya beragama Katolik," paparnya.

Berada di Kota Paling Toleran

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak