Asal Usul Tahu Gimbal Semarang: Dari Dapur Peranakan hingga Ikon Kuliner Legendaris

Mengungkap sejarah lengkap Tahu Gimbal Semarang, kuliner legendaris yang lahir dari akulturasi budaya Jawa-Tionghoa. Simak asal-usul nama, filosofi, dan rahasia kelezatannya

Budi Arista Romadhoni
Rabu, 08 Oktober 2025 | 11:17 WIB
Asal Usul Tahu Gimbal Semarang: Dari Dapur Peranakan hingga Ikon Kuliner Legendaris
Tahu Gimbal makanan khas semarang. (Instagram/@cabemicin)
Baca 10 detik
  • Tahu Gimbal adalah hasil akulturasi budaya Jawa dan Tionghoa yang lahir di Semarang pada abad ke-19.
  • Nama 'gimbal' berasal dari bentuk bakwan udang yang acak dan juga melambangkan filosofi persatuan rasa.
  • Popularitasnya meroket sejak 1970-an, dipelopori oleh pedagang legendaris dan kini menjadi ikon kota.

SuaraJawaTengah.id - Sepiring Tahu Gimbal tersaji hangat di hadapan mata. Perpaduan lontong, tahu goreng, irisan kol, dan gimbal udang yang renyah disiram saus kacang petis berwarna cokelat pekat.

Namun, di balik kelezatan yang akrab di lidah ini, tersimpan narasi panjang tentang akulturasi budaya dan daya cipta masyarakat Semarang yang membentuknya menjadi ikon kuliner tak terbantahkan.

Jejak Tahu Gimbal dapat dilacak hingga ke denyut nadi Semarang sebagai kota pelabuhan pada abad ke-19.

Kawasan pesisir ini menjadi titik temu berbagai etnis, terutama masyarakat Jawa dan Tionghoa, yang interaksinya melahirkan budaya peranakan yang kaya. Dari dapur-dapur inilah, cikal bakal Tahu Gimbal dipercaya lahir.

Baca Juga:7 Fakta Menarik tentang Kampung Mangut di Semarang

Dilansir dari berbagai sumber, hidangan ini merupakan cerminan sempurna dari perkawinan dua budaya.

Penggunaan tahu yang lembut adalah warisan kuliner Tionghoa, sementara saus kacang yang dicampur petis udang merupakan ciri khas cita rasa pesisir Jawa.

Kombinasi inilah yang menciptakan fondasi rasa yang unik dan membedakannya dari hidangan serupa di daerah lain.

Nama 'Gimbal' sendiri merujuk pada bakwan udang yang digoreng acak hingga bentuknya menyerupai rambut gimbal. 

Bentuknya yang tak beraturan namun menyatu dalam adonan tepung dan udang menjadi asal-usul penamaan yang ikonik ini.

Baca Juga:15 Tempat Wisata Malam di Semarang yang Murah dan Bisa Dikunjungi 24 Jam

Selain narasi akulturasi budaya, ada pula versi sejarah yang mengaitkan kemunculan Tahu Gimbal dengan era keterbatasan pada masa pendudukan Jepang.

Kelangkaan bahan pangan memaksa masyarakat untuk berkreasi dengan apa yang ada. Tahu dan tepung menjadi sumber protein dan karbohidrat yang terjangkau, diolah sedemikian rupa untuk menciptakan makanan yang lezat dan mengenyangkan.

Kunci Rasa pada Saus dan Filosofi Persatuan

Keistimewaan Tahu Gimbal tak akan lengkap tanpa membahas saus kacangnya yang legendaris.

Penggunaan petis udang berkualitas menjadi rahasia utama yang memberikan aroma khas dan kedalaman rasa gurih-manis yang kompleks. Saus inilah yang berfungsi sebagai "pemersatu" dari semua komponen yang ada di dalam piring.

Secara filosofis, kata "gimbal" yang berarti gumpalan atau kumpulan, dimaknai sebagai simbol harmoni.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini