SuaraJawaTengah.id - Pasang surut banjir rob di pemukiman Kampung Tambakrejo, Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara turut melumpuhkan gedung sekolah PAUD "Rumah Pintar Patra Sutera".
Terhitung sudah tiga tahun, gedung berlantai dua tersebut dibiarkan terbengkalai. Warna biru yang menghiasi dan mendominasi dinding gedung terlihat sudah memudar.
Ruang utama yang menjadi tempat belajar anak-anak sampai detik ini masih digenangi air luapaan dari laut. Ruangan berbentuk persegi panjang itu benar-benar sunyi. Tidak ada suara-suara nyanyian dari anak-anak bersama gurunya.
Foto presiden dan wakil presiden serta hiasan lainnya yang menempel di sudut-sudut dinding seperti tidak ada artinya. Andai mereka semua yang menghiasi dinding ruangan itu bisa berbicara. Saya yakin mereka akan berbicara "Saya rindu dengan kecerian dan kebisingan suara anak-anak".
Baca Juga:BREAKING NEWS! Kereta Api Tabrak Truk Trailer di Kota Semarang, Kebakaran Hebat Terjadi
Kendati gedung bangunan "Rumah Pintar Patra Sutera" sudah tidak bisa digunakan. Ketua RW 16, Slamet Riyadi tak kehabisan akal agar aktivitas pendidikan usia dini di wilayahnya tetap berjalan.
"Mulai tergenang rob tahun 2020, bukannya surut. Dari tahun ke tahun justru semakin tergenang. Lihat sendiri air robnya awet mengenangi halaman dan ruang kelas utama," ucap Slamet Riyadi saat ditemui SuaraJawaTengah.id, Minggu (23/7/2023).
"Akhirnya saya putuskan untuk mengubah ruang tamu rumah saya menjadi ruang belajar anak-anak," lanjut lelaki penuh senyum ini.
Saban Senin, Rabu dan Jumat, ruang tamu rumah Slamet dikerumi anak-anak kecil dibawah usia lima tahun. Ditempat itulah mereka belajar, bermain dan dibimbing seorang guru yang tak lain istri Slamet sendiri.
"Model pembelajarannya lebih banyak bermain. Karena tujuan kami sederhana hanya untuk menumbuhkan minat anak belajar di sekolah nanti," paparnya.
Baca Juga:Kasus Jual Beli Bayi di Semarang Terungkap, Dua Perempuan Diamankan
Wajah lelaki yang akrab Slamet tiba-tiba murung. Matanya berkaca-kaca saat ingatannya kembali mengenang betapa bahagianya anak-anak bermain dan belajar di gedung tersebut sebelum dibenamkan air rob.
"Sekarang rusak semua, jendela dan atap keropos. Wahana permainan anak seperti ayunan, perosotan, mangkok putar, besi panjat tergerus semua oleh ganasnya air asin dari laut," resahnya.
Slamet melanjutkan sebenarnya PAUD di wilayahnya sudah terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Semarang. Hanya saja belum mendapat izin operasional dari Kemenhumham.
Karena alasan itulah, gedung PAUD tersebut tidak bisa mengakses bantuan dari pemerintah. Dirinya juga sudah sedari tahun 2019 mengusulkan bantuan ke kelurahan melalui musrembang untuk meninggikan lantai. Tetapi hasilnya masih nihil.
Adapun seluruh biaya operasi sekolah PAUD itu dilakukan secara swadaya. Setiap pertemuan, orang tua siswa diwajibkan membayar iuran sebesar Rp2 ribu. Uang tersebut nantinya dikumpulkan dan dikelola oleh komite sekolah.
"Komitenya ya orang tua siswa sendiri. Jadi kita disini benar-benar mandiri," terangnya.
Bertepatan dengan momentum "Hari Anak Nasional 2023" yang perayaannya dilaksanakan di Kota Semarang hari ini, Minggu (23/7). Slamet secara terbuka dan berharap pemerintah mau urun tangan membantu memperbaiki gedung dan segala fasilitas di sekolah PAUD "Rumah Pintar Patra Sutera".
Dia ingin anak-anak kembali belajar dan bermain di tempat sewajarnya. Slamet juga kadang suka sedih melihat gedung yang sudah belasan tahun menjadi ruang pembelajaran anak-anak usia dini kini terbengkalai.
"Ibarat sebuah kayu, anak-anak itu masih mudah diukir. Saya akan terus memperjuangkan segala aktivitas pendidikan disini," pungkasnya.
Kontributor: Ikhsan